Agen Poker Terbaik - Cerita Sedx Aku Terjebak Nafsu Pacarku - Gerimis turun, padahal mentari masih bersinar, membuai orangorang
menikmati senja. Saya bergegas pulang. Keramaian taman makin menghilang.
Sibuk orangorang menyelamatkan diri dari titiktitik air. Lalu
menyelamatkan yang lainnya, jemuran pakaian dan kasur. Gerimis
meningkatkan frekuensinya menjadi lebat, hujan deras.
Agen Poker Terbaik - Di depan flatku
seorang wanita muda mengangkati jemurannya yang cukup banyak.
Kelihatannya kurang mengantisipasi akibat baru bangun tidur, masih
memakai piyama. Tanpa bicara saya membantunya. Sprei, kelambu, baju, tshirt, dan …ih, pakaian dalam.
Bawa ke mana, Tante?
Sekalian ke dalam aja!
Tante Ningrum berjalan didepan saya.
Menaiki tangga hingga lantai dua. Saya cukup puas menikmati irama
pinggulnya yang saya kira agak dibuatbuat. Saat menghadap ke arah
terang, siluet tubuhnya jelas membayang. Seakan telanjang. Kami masuk ke
rumahnya. Tante Ningrum menggeletakkan jemuran di sudut kamarnya, saya
pun mengikutinya.
Makasih ya? Kamu mau minum apa? tanyanya yang langsung menghentikan maksud saya untuk langsung pulang.
Apa aja deh, Tante. Asal anget
Saya rebahkan diri di sofanya. Hmm, lumayan nyaman. Tante Ningrum
belum mempunyai anak. Yang saya tahu, suaminya, Om yang tak saya tahu
namanya itu hanya sekalikali pulang. Dengardengar pekerjaanya sebagai
pelaut. Haha, pelaut. Di mana mendarat, di situ membuang jangkar. Sinis
sekali saya.
Om belum pulang, Tante? tanyaku basabasi sambil menerima teh hangat.
Belum, nggak tentu pulangnya. Biasanya sih, hari Minggu. Tapi hari Minggu kemarin nggak pulang juga
Tante nggak kemanamana?
Mau kemana, paling cuma di rumah saja. Kalau ada Om baru pergipergi
Eh, kamu nggak ada keperluan lain kan?
Nggak, Tante, jawabku. Mau apa saya di rumah, sendirian, di tengah hujan yang semakin lebat begini.
Temenin Tante ya. Ngobrol
Kami pun terlibat dalam obrolan yang biasa saja. Sekedar ingin tahu
kehidupan masingmasing. Dari ucapannya, saya tahu bahwa suaminya yang
jarang pulang bernama Om Agus. Yang cukup membuat darah saya berdesir
agak cepat adalah daster itu. Seakan saya bisa melihat dua titik di
dadanya, yang timbul tenggelam ketika kami bercengkrama. Tangan Tante
Ningrum cukup atraktif. Entah sengaja atau tidak sering menyentuh tangan
saya, atau mampir di paha saya. Makin lama duduknya pun semakin dekat.
Hingga…
Wisnu, mau nonton film nggak? Tante punya film bagus nih
Wah untunglah. Rumah saya tidak mempunyai vcd player. Tante Ningrum
menyalakan TV lalu memasang film. Dan, astaga ternyata dia benar tidak
memakai BH dan celana dalam. Saya bisa melihatnya jelas karena dia cukup
lama berdiri menyamping, cahaya TV membuat gaun tidurnya menjadi
selaput transparan. Bentuk payudara beserta putingnya beserta rambut di
pangkal paha. Saya lebih ternganga lagi karena film itu XXX. Kembali
Tante Ningrum duduk di samping saya, malahan lebih dekat lagi. Tangannya
mengusapusap lengan saya dengan lembut.
Filmnya bagus ya? Bisiknya pelan.
Namun terdengar di telinga saya bagaikan rayuan. Saya tak mampu
menjawab karena bibir bawah saya menahan ekstasi yang kuat. Entah apa
yang harus saya lakukan kini. Mata saya tak lepas dari wanita yang
merintih di film itu, yang sudah distel suaranya pelan. Tante Ningrum
menggenggam pergelangan tangan saya. Dan, astaga dibawanya tangan saya
ke payudaranya. Didiktenya tangan ini ke daerah yang tak pernah
dirasakan sebelumnya. Begitu pula tangan kiri saya. Kini masingmasing
telapak tangan itu memegang rata masingmasing pasangannya, payudara.
Pandangan saya masih ke arah TV. Saya tak berani menatap wajah Tante
Ningrum. Tak pernah saya impikan hal ini terjadi. Sementara di TV
desahan si gadis yang menghadapi dua batang penis makin membuat hot
suasana.
Wisnu, hadap sini dong, ujarnya manja.
Saya
hadapkan wajah saya. Saya lihat tatapan pengharapan di sana. Wajah
Tante Ningrum cukup cantik, dengan kulit putih dan senyuman manis yang
menghiasinya. Saya masih memegang payudara itu, hanya memegang dengan
daster yang melapisinya. Ah, tak terasa daster itu. Hanya payudara besar
ini fokus pikiran saya. Tangan saya masih canggung, sementara ada
sesuatu yang mulai menggeliat di bawah sana.
Tibatiba dia menghentikan saya, dengan cara yang sempurna. Tangannya
merengkuh saya dalam pelukan, sementara bibirnya mencium lembut.
Payudaranya menghimpit dada saya, membuat dada saya berdetak hingga saya
merasa bisa mendengarnya. Ciumannya nikmat,
berbeda sekali sekali dengan apa yang ada di TV. Seakan ingin mengaliri
dengan hangat jiwanya. Kami berciuman lama sekali, tak terasa tangan
saya ikut mendekapnya makin erat. Saya lepaskan dekapan saya untuk mulai
mengontrol diri kembali. Berakhirlah sesi ciuman itu.
Kenapa Wisnu? Kamu marah ya? tanyanya pelan.
Tapi sialan, suarasuara di TV itu kembali mengacaukan saya. Melumpuhkan saya lagi dalam birahi.
Maafin Tante ya? Tante… Wajah itu mengeluarkan prana iba untuk dikasihi.
Dia kembali mencium saya, cukup hangat. Namun tak sehangat tadi saya
rasa. Saya pun tak mengharap ciuman kasih sayang, karena dari saya juga
tinggal nafsu. Ciumanciuman itu pindah ke leher dan telinga. Ah, tak
pernah saya bayangkan bahwa daerah ini lebih membuat saya bergidik. Saya
pun menirunya. Kami saling menciumi leher, bahkan Tante Ningrum sempat
mencium keras.
Aduh, Tante…
Dia lalu tersenyum dan berdiri. Perlahan dia melepas daster itu,
mulai dari tangannya. Satu demi satu tangan daster itu terlepas. Daster
melorot, tertahan sebentar di bulatan payudaranya yang besar. Dia
menarik ke bawah lagi daster itu. Terlihat payudara, tanpa BH. Putih,
bulat, besar, dengan puting susu berwarna merah muda. Mulut saya
menganga kagum seakan ingin memakannya. Saya menelan ludah.
Diturunkannya lagi. Saya menikmati satu persatu sajian pemandangan
itu. Perutnya putih dengan pinggang yang ramping. Pusarnya menjadi
penghias di sana. Daster itu tertahan di pinggangnya. Oh, pantatnya
menahan. Saya semakin berdebar, ingin mempercepat proses itu, saya ingin
segera melihat kemaluannya. Diturunkan lagi, dan ah… vagina itu muncul
juga. Dihiasi rambut berbentuk segitiga yang tak begitu lebat. Bibir
vaginanya merah segar, sedikit basah. Untuk pertama kalinya saya melihat
wanita bugil. Dengan senyumnya, bangga membuat saya terkagumkagum.
Sekarang, kamu juga buka ya? perintahnya manja.
Saya membuka tshirt saya. Tante Ningrum membuka celana saya, Lepas
jins saya, tapi Tante Ningrum tak segera membukanya. Dia jongkok lalu
menjilati penis saya dari luar celana dalam. Tampak noda basah sperma
yang makin ditambah oleh air ludah. Penis itu makin membesar dalam
celana dalam, rasanya tak enak kerena tertahan. Segera saya buka dan…
hup keluarlah batang kemaluan diikuti dua bolanya. Tante Ningrum
mengecupnya, si penis tampak membesar. Semakin tegaknya penis diikuti
dengan jilatanjilatan lidah. Uhh, enak sekali.
Kini gantian tangannya yang bekerja. Pertama dirabanya semua bagian
penis, lalu mulai mengocoknya. Setelah kirakira telah utuh bentuknya,
tegak dan besar, dimasukkannya ke dalam mulut. Tante Ningrum memandang
ke atas, wajahnya berseriseri.
Terus Tante
Lidah Tante Ningrum menjilatjilat, kadang menggelitik penis saya. Lalu
mulai memaju mundurkan mulutnya, seakan sebuah vagina menyetubuhi penis.
Ini hebat sekali. Sekitar 15 menit permainan itu berlangsung, hingga…
Tante, saya mau keluar kata saya terengahengah.
Tante
Ningrum malah mempercepat kocokan mulutnya. Saya ikut memegang
kepalanya. Dan keluarlah ia. Saya merasa ada 5 semprotan kencang. Tante
Ningrum tidak melepasnya, ia menelannya. Bahkan terus mengocok hingga
habis spermanya. Lega rasanya tapi lemas badan saya. Tante Ningrum
berdiri, kemudian kami berciuman lagi.
Sekarang gantian ya…
Kini saya menghadapi payudara siap saji. Pertama saya rabaraba dengan
kedua tangan saya. Remasan itu saya buat berirama. Lalu saya mulai
berkonsentrasi pada puting susu. Saya tariktarik hingga payudaranya
terbawa dan saya lepaskan. Hmm, bagaimana rasanya ya? Saya mulai
menjilatinya. Enak Jilatan saya pada satu payudara sementara tangan yang
lain meremas satunya. Ketika saya hisaphisap putingnya, terasa makin
mancung, mengeras, dan tebal puting itu. Saya lakukan pula pada payudara
satunya. Oh, ternyata jika wanita terangsang, yang ereksi adalah puting
susunya. Kirakira 5 menit saya melakukannya dengan nikmat.
Kemudian jilatan saya turun, hingga vaginanya. Saya coba dengan
jilatanjilatan. Saya sibakkan lagi rambut kemaluannya agar jilatan lebih
sempurna. Ada seperti daging kecil yang menyembul. Yang saya tahu, itu
adalah klitoris. Saya hisap seperti menghisap puting susu, eh Tante
Ningrum merintih.
Hmm, Wisnu, jangan dihisap. Geli. Tante nggak kuat Dan Tente Ningrum benarbenar lunglai. Tubuhnya rebah ke sofa. Dia
terlentang dengan paha mengangkang memperlihatkan vagina terbuka dan
payudara yang berputing tegak. Saya lanjutkan lagi kegiatan ini. Makin
lama kemaluannya makin basah. Jilatan dan hisapan saya makin
bersemangat, sementara disana Tante meremasremas payudaranya sendiri
menahan geli.
Tibatiba pahanya mendekap kepala saya dan, serr seperti ada aliran
lendir dari vaginanya. Otot liang itu berkontraksi. Inikah orgasme?
Hebat sekali, dan saya melihatnya dari dekat. Tak saya siasiakan lendir
yang mengalir, saya hisap dan saya telan. Rasanya lebih enak dari
sperma. Tubuh Tante Ningrum yang bergoyanggoyang akhirnya tenang
kembali. Jepitan pahanya mulai melemah namun penis saya mulai ereksi
lagi. Saya cium mesra vaginanya seperti saya mencium bibirnya. Tante
Ningrum tersenyum. Bibirnya berkata Terima kasih namun tak mengeluarkan
suara.
Gambar di film itu merangsang kami. Wanita berpayudara besar
terlentang diatas meja kantor. Diatasnya lakilaki dengan penis panjang
dan besar menyetubuhi payudaranya. Tangan si wanita menekan payudaranya
sendiri agar merapat, dan penis itu melewati celahnya. Saya pikir pasti
asyik sekali. Saya menjilati dulu payudara Tante Ningrum, agar basah dan
lengket. Tak lupa dengan hisapanhisapan di putingnya. Setelah merasa
cukup, saya duduk di muka payudara itu. Tante Ningrum merapatkan celah
payudaranya. Dia tersenyum senang.
Saya mulai dengan pelan memasuki celah payudara, seakan itu adalah
liang vagina. Uff, sensasinya luar biasa. Saya mulai memaju mundurkan
penis dengan irama. Ujung penis saya terlihat saat saya maju. Kalau
klimaks, pasti spermanya sampai ke wajah Tante. Tangan saya ikut
memegang payudara untuk menguatkan hujaman penis. Kadang saya
menariknarik puting susu. Saya mencium bibirnya, mengangkat paha di
lehernya, kemudian menyerahkan lagi penis saya. Dihisap dan jilat lagi,
seperti tak puas saja. Posisi saya duduk tak enak. Saya tak bisa duduk
karena akan menekan lehernya, tangan sayapun tak bisa memaju mundurkan
kepalanya. Oh, ada sandaran tangan. Empuk lagi. Apalagi kalau bukan
payudara. Sambil saya meremasremasnya, penis seperti diremasremas juga.
Tante Ningrum mengeluarkan kemaluan saya sebentar, mengajak posisi
69. Hm, saya pikir boleh juga. Maka saya berganti posisi lagi. Tubuh
saya menghadap Tante Ningrum, tapi saling berlawanan. Penis saya di
mulutnya, vaginanya di mulut saya. Sampai beberapa saat kami melakukan
itu. Saya tak tahu apakah Tante mendapat orgasme lagi, tapi dia sempat
diam mengulum penis saya, pahanya menekan rapat kepala saya, tapi tak
ada cairan yang keluar.
Wisnu, berhenti dulu deh serunya.
Padahal
saya sedang asyik dengan posisi ini. Tante Ningrum berdiri menuju ke
dapur. Rupanya dia minum air dingin. Tante Ningrum datang membawa dua
gelas air es dan menyodorkan dua tablet yang saya duga obat kuat. Kami
meminumnya satusatu. Tante memperhatikan saya lalu melihat film itu.
Kita bercumbu beneran, yuk, ajaknya.
Di bathtub yuk.
Dia memegang kemaluan saya seperti memegang tangan saya, untuk
mengajak dengan menggandeng penis itu. Kami ke kamar mandinya.
Bathtubnya cukup besar, Kami mulai lagi. Di bawah shower itu berpelukan
sambil meraba dan menyabuni. Nikmat sekali menyabuni payudaranya,
senikmat disabuni penis saya. Tak ada yang terlewatkan, termasuk vagina
dan anus. Ketika air mulai penuh, kami berendam. Airnya tak diberi busa.
Nyaman sekali. Lalu kami mulai saling merangsang, meninggikan tensi
kembali. Tante Ningrum mengocok penis saya dalam air, sementara saya
merabaraba vaginanya.
Tak berapa lama dia duduk di pinggiran bathtub. Kelihatannya dia
ingin vaginanya dijilat. Saya merangkak menjilatinya. Cairannya mulai
keluar lagi.
Pakai tangan juga dong, pintanya lanjut.
Saya menuruti saja. Saya kocok dengan telunjuk kanan saya. Saya coba
telunjuk dan jari tengah, semakin asyik. Tangan kiri saya mengusap
klitorisnya. Tante memejamkan matanya menahan nikmat. Sebelum berlanjut
lebih jauh, Tante menghentikan. Dia membalik badannya menjadi menungging
dan membuka pantatnya. Ternyata dari tadi saya belum mengeksplorasi
daerah anus. Saya pun mencobanya. Saya jilat anusnya, reaksi Tante
mendukung.
Saya jilatjilat lagi, dari anus hingga vagina. Lalu saya coba
masukkan dua jari saya lagi ke vaginanya dan mengocoknya. Lidah saya
menjilatjilat lagi. Daerah pantat yang menggembung berdaging kenyal
seperti payudara. Saya pun suka. Tante Ningrum menunjukkan reaksi
seperti akan orgasme lagi. Desahannya mulai keras.
Wisnu, Tante mau keluar lagi nih. Cepat! Pakai kontolmu. Ayo masukin kontolmu. Cumbu Tante, Wisnu jeritnya tertahan putusputus.
Astaga, dirty talk sekali. Membuat saya makin terangsang. Saya
siapkan penis saya, walau agak bingung karena tak ada pengalaman. Tante
Ningrum mengocok vaginanya sendiri sambil menunggu saya memasukkan
penis. Penis sudah saya arahkan ke vagina.
Tante, nggak bisa masuk nih tanya saya bingung.
Tekan saja yang kuat. Tapi pelanpelan
Saya ikuti sarannya, tetap saja susah. Dasar pemula. Jadinya penis
saya hanya merangsang mulut vagina saja, mengggosok klitoris, tapi itu
malah membuat Tante makin terangsang.
Ayo masukkan, Tante sudah hampir keluar.
Dengan
tenaga penuh saya coba lagi. Dan, berhasil. Kepala penis saya bisa
masuk walau sempit sekali. Tante Ningrum bergoyang untuk merasakan
gesekan karena klimaksnya semakin dekat. Ketika saya coba masukkan lebih
dalam lanjut pantat Tante bergoyang hebat. Otot vaginanya seperti
meremasremas. Penis saya yang walau baru kepalanya saja menikmati
remasan vagina ini. Dan Tantevpun orgasme. Setelah itu dia jatuh dan
berbaring dalam bathtub. Saya sudah melepaskan penis saya.
Tante, maafin saya ya kata saya agak menyesal.
Saya belum memasukkan seluruh penis saya dalam vaginanya saat dia orgasme.
Nggak apaapa. Kepala kontolnya sudah nikmat, kok. Ayo kita coba lagi.
Sekarang kontol kamu mau dikulum nggak? Tak usah bertanya. Ganti saya
yang duduk di tepi bathtub.
Tante merangkak dan mengulum penis saya. Ah, pose seperti ini membuat
saya nyaman, seakan saya yang punya kuasa. Di ujung tubuh yang
merangkak itu ada pantat. Wah, empuknya seperti payudara. Sayapun
menjamah dan meremasremasnya. Kadang saya membandingkan dengan satu
tangan tetap meremas pantat, tangan yang lain meremas payudara.
Kenikmatan ganda. Kelihatannya Tante juga menikmati sekali.
Ombak berdebur kecil di bathtub itu. Saya rasakan penis saya mulai
megeluarkan tanda akan klimaks. Tumben cukup lama sekali saya bertahan.
Mungkin karena obat yang diberikan Tante. Saya hentikan gerakan Tante,
saya turunkan kepala saya ke wajahnya yang masih mengulum penis saya.
Tante berdiri, saya mengikutinya. Tante membuka vaginanya, saya
mengarahkan penis saya. Saya gosokgosokkan ke vaginanya.
Saya temukan
klitosinya. Seperti puting susu, saya masukkan klitoris itu ke dalam
lubang penis saya. Rangsangannya kuat, sampaisampai Tante mau jatuh lagi
seperti ketika klitorisnya saya hisap kuatkuat. Ok, sekarang saya mulai
memasukkan penis saya. Tante Ningrum menggenggam penis saya,
mengarahkan agar bisa masuk. Saya seperti orang bodoh yang harus diajari
untuk melakukan gerakan yang saya pikir semua lakilaki juga bisa.
Ternyata tidak mudah. Dengan susah payah akhirnya kepala penis saya
masuk.
Seperti tadi, saya coba goyang maju mundur untuk membuatnya siap
melanjutkan misinya. Suasana begitu sepi, mungkin sudah malam. Tapi
hujan masih menetes satusatu. Sunyi. Saat itu, tibatiba ada ketukan di
pintu rumah. Tok…tok…tok… Dan kami diam seperti hendak dipotret saja.
ningrum… Ningrum, ini aku. Bukain pintu dong… teriak seorang lakilaki.
Kami bagai tersambar geledek, mematung dalam badai. Hujan tadi berlanjut menjadi badai akibat suara itu.
Mas Agus… bisik Tante Ningrum pelan. Penis saya langsung lemas,
keluar begitu saja dari vagina yang telah susah payah berusaha
dijebolnya.
Apa yang harus kita lakukan?
Aku akan berpurapura…
Kalau saya?
Sembunyi saja.
Dimana? Katakata kami meluncur cepat nyaris tak bersuara. Kami
berusaha berfikir. Agak sulit, karena sedari tadi hanya menggunakan
nafsu.
Ningrum, kamu tidur ya? Bukain dong, suara Om Agus seakan detikdetik
bom waktu yang siap meledak. Wajah Tante Ningrum sedikit cerah.
Aku ada akal…
Gimana? tanya saya tak sabar.
Kamu di sini saja dulu. Jangan keluar sebelum kupanggil.
Tante
Ningrum merendam lagi dirinya dalam bathtub, kemudian keluar. Saya
menutup pintu kamar mandi, tidak terlalu rapat agar bisa melihat
keadaan. Saya lihat Tante Ningrum membawa pakaian saya dan
menengelamkannya dalam tumpukan jemurannya. Mengelap lagi sofa dengan
dasternya, melemparkan daster itu ke tumpukan jemuran.
Kemudian membuka
pintu. Apa yang dilakukannya? Dia sudah gila? Saya bisa mati jika
suaminya tahu kami telah berbuat. Belum sih, tapi hampir menyetubuhi
istrinya. Lalu? Adakah mantra untuk menghilang? Saya takut menghadapi
kenyataan, saat ini, di tempat ini, dalam keadaan ini, dengan apa yang
telah saya lakukan. END
Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Di Bawah ini :
Posted By : 233poker.com
No comments:
Post a Comment