Bandar Poker Terpercaya - Cerita Mesum Dengan Istri SekDes - Kejadian ini kualami ketika aku kuliah kerja nyata di salah satu desa
terpencil di Jawa Tengah. Aku menginap di rumah Sekretaris Desa
tersebut, sudah berumur, sekitar 60 tahun, namun isterinya masih muda,
sekitar 25 tahun, sebut saja Mbak Is. "Ada apa Dik Agus?" tanyanya
dengan suara lembut. "Anu Mbak, nggak. Lihat celana pendek saya nggak,
Bandar Poker Terpercaya - Mbak.." "Baru
dicuci. Ditumpukan itu barangkali, coba saja dicari sendiri Dik Agus,"
jawabnya sambil menunjukkan onggokan cucian. Sementara aku mengaduk-aduk
cucian, ia mengeringkan rambutnya dengan handuk. Tentu saja payudara
dan kemaluannya, walaupun dari samping, cukup jelas terlihat olehku.
Mulanya aku agak tidak enak, tetapi karena Mbak Is bersikap cuek, maka
aku pun nekad menatap secara langsung pamandangan itu dengan berani.
"Tubuh Mbak Is, masih singset ya," pujiku mesra. "Ah, Dik Agus bisa
aja," katanya dengan tenang, tetapi kemudian ia tersentak,
"Eh,
kok liat-liat Mbak, kan saru," bisik Mbak Is membuyarkan lamunanku.
"Habis, rejeki kan tidak bisa dibiarkan," kataku nyengir. "Uh, dasar.."
kemudian ia cepat-cepat mamakai pakaian. Jam 8 malam, karena tidak ada
hiburan TV, dan suasana sudah sangat sepi, aku pergi tidur. Pak Sekdes
kebetulan sedang menginap di rumah isteri tuanya. Lampu minyak tempel
kuredupkan, dan bersiap untuk memejamkan mata. Tiba-tiba ada orang masuk
ke kamarku. Setelah kuamati bayangan itu ternyata Mbak Is. "Dik Agus
belum tidur ya," sapanya mesra. "Belum mbak," sahutku. "Mbak Is
kedingingan nih, nggak bisa tidur," balasnya dan duduk di tepi tempat
tidurku. "Tidur di sini saja Mbak," ajakku penuh birahi. "Nggak apa-apa
nih," balasnya dengan senyum menggoda. "Nggak," bisikku.
"Tapi
jangan macam-macam ya," katanya sambil tertawa genit. Kugeser tubuhku ke
kanan memberikan ruang bagi Mbak Is berbaring di sampingku. Mulutku
terkunci lagi, karena gejolak yang sangat hebat berkecamuk di dalam dada
ini ketika ia merebahkan tubuhnya di sampingku. Bau parfumnya membuatku
semakin bergejolak. "Dik Agus sudah pernah melihat perempuan telanjang
nggak," akhirnya Mbak Is membuka percakapan. "Belum, kalau anak-anak
sering, eh maksud saya baru sekali, lihat Mbak tadi.." "Apa Mbak masih
singset sih?, khan Dik Agus bilang begitu tadi," tanyanya manja. "Iya
betul Mbak, betul, seperti di gambar porno saja," jawabku. "Dik Agus
punya foto begituan."
"Punya, sebentar ya saya ambilkan.."
Kuambil majalah berwarna kategori triple X, kubesarkan lampu minyak di
dinding. "Dik Agus dapat dari mana majalah ini," sambil menerima majalah
yang kuberikan. "Serem.." komentarnya, tapi matanya terus menatap
gambar orang sedang senggama. Pada gambar lain tampak adegan 69, dimana
saling menjilati kemaluan lawannya. "Mbak pernah ngisep barangnya Bapak,
nggak," tanyaku dengan berani. "Ah, Dik Agus ada-ada saja, jijik ah,"
jawabnya pura-pura malu. "Enak Mbak, seperti ngisep kemaluan, khan
enak," kataku lagi meyakinkan ."Memangnya Dik Agus pernah?" sambil
menatap wajahku dalam-dalam, menjadikan aku gelagapan. "Belum, cerita
teman-teman saya yang sudah kimpoi.
Mbak mau disun kemaluannya,"
pancingku nakal. "Ah Dik Agus ini ada-ada saja, malu ah," Sambil
tangannya menyingkirkan tangan saya yang sudah melingkar di perutnya.
Tapi tanganku kembali merangkul tubuhnya, kali ini agak ke atas dekat
dengan buah dadanya.
"Emang Bapak nggak pernah ngesun barangnya
Mbak?" tanyaku. "Ah, Bapak kan sudah tua, nggak mau yang macem-macem,"
obrolan yang semakin menjurus ini menjadikan kemaluanku makin mengeras,
sehingga celanaku terasa semakin sempit. Aku terus mencari akal agar
malam itu tidak terbuang sia-sia. Belum sempat aku menemukan caranya,
tiba-tiba ia menarik tanganku ke atas sehingga menyentuh buah dadanya
yang montok.
Aku segera bereaksi dan mulailah mengelus-elus buah
dadanya. Kulihat wajahnya sudah berubah, nafasnya memburu, kusingkap
gaun tidurnya ke atas, dan ia membiarkannya bahkan melepasnya sendiri.
Dan kemudian melepas BH-nya, sehingga buah dada montoknya yang tadi
siang kulihat, kini dapat kusentuh, kuelus-elus dan kupencet-pencet
kekenyalan buah dadanya. Mbak Is kembali berbaring, bibirnya menyambut
dengan hangat ketika kucium Mbak Is. Sambil berciuman tanganku
bergerilya, sampai di sekitar kamaluannya.
Kuelus pahanya dan akhirnya
kemaluannya dari luar celana dalamnya. Mbak Is semakin liar
mempermainkan bibirnya dan lidahnya, melumat habis bibirku. Kuselipkan
jariku lewat samping celana dalamnya meraih liang senggamanya, ternyata
sudah basah kuyup. Bersamaan dengan itu, ia raih pula kemaluanku.
Kubantu membuka celanaku dan semua yang menempel di bajuku. Dengan
kencang ia terus memegang kemaluanku, seakan sudah menjadikan haknya dan
tidak ingin melepaskannya. Sementara aku terus mencium semua permukaan
kulitnya.
Sampai pada bukit kembarnya, kuisap, kusedot dan
kujilati puncaknya hingga membuatnya semakin memburu nafasnya. Begitu
kuteruskan jelajahanku ke bawah lepaslah pegangan di kemaluanku, sampai
dipusar dan terus ke bawah sampailah di selangkangannya. Kulebarkan
pahanya, tetapi dia menahannya."Jangan ah, malu," sambil merapatkan
pahanya dan menutupi kemaluannya dengan tangannya.Aku terus menciumi
pahanya, menjilati dan mengecupnya. Lama-lama makin ke dalam pahanya.
Mbak Is mulai mengendorkan kakinya, kubuka pelan-pelan pahanya.
Pelan-pelan pula ia mau membukanya. Sampai akhirnya rela juga
mengangkangkan pahanya dengan lebar, sehingga membuatku mempunyai ruang
yang jelas untuk menyaksikan pahanya yang putih mulus. Tubuhnya menegang
dan pinggulnya diangkatnya tinggi-tinggi. Beberapa detik kemudian
terkulailah dia. Mbak Is, mulanya menahan bokongku, agar kemaluanku
tetap terselit di lipatan kemaluannya.
Tetapi karena tenaganya
sudah habis, lepas juga kemaluannya dan kukocok dengan cepat sehingga
muncratlah di atas perutnya yang indah. Mbak Is dengan takjub
menyaksikan peristiwa muncratnya spermaku. Lalu tersenyum manis. "Kok
nggak dikelaurin di dalam," tanyanya. "Nanti kamu hamil," jawabku mesra.
"Paling Bapak juga nggak tahu kalau itu anakmu," jawabnya dengan
enteng. Sejak saat itu aku jadi jarang pulang, ketika hari Sabtu dan
Minggu kupergunakan mencuri-curi waktu agar bisa bermain dengannya.
Apalagi kalau sedang sepi. Misalnya tidak ada cukup waktu untuk
melakukan senggama, maka ia aku suruh saja mengocok hingga keluar.
Sejak
itu sepertinya Mbak Is semakin ceria saja. Sampai selesai waktu KKN-ku,
aku tidak kurang melakukan senggama secara sempurna sebanyak delapan
kali. Tanpa ada seorangpun yang tahu dan curiga. Dan ternyata ini
membawa berkah lain, yang paling menonjol adalah cara Mbak Is dalam
melayani suaminya yang sepertinya berlebihan. END
Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Di Bawah ini :
Posted By : 233poker.com
No comments:
Post a Comment