Situs Poker Terbaik - Cerita Sex Bercinta Waktu Liburan Bareng - Namaku Andi, aku mau menceritakan pengalamanku waktu
liburan tahun lalu. Aku kuliah di universitas swasta di Jakarta semester
lima. Pacarku Nita, teman satu kampus. Aku sudah sering “ngeseks”
bareng dia soalnya aku dan nita punya satu kesamaan, gampang horny.
Situs Poker Terbaik - Singkat cerita aku pulang ke kampung di Palembang, kebetulan sedang
libur panjang dan lagi bosan dengan suasana Jakarta. Itung-itung
refreshing. Aku tinggal di rumah pamanku di pinggiran kota Palembang, di
pinggiran sungai Musi. Di sana aku mendapat kebiasaan baru, ngintipin
cewek-cewek yang ke sungai tiap sore. Walaupun nggak ada acara
bugil-bugilan, tapi aku memang lebih suka meliat cewek yang setengah
tertutup daripada yang bugil sama sekali. Rasanya lebih seksi dan bikin
penasaran.
Suatu sore, aku melihat ada seorang cewek yang lumayan manis,
kulitnya coklat, body bahenol, tapi kalau dia sedang tersenyum, rasanya
jantung ini mau copot. Aku mencari info sama sepupuku dan akhirnya
ketahuan kalau namanya Aminah. Dua hari kemudian, kebetulan siang itu
Aminah sedang belanja ke warung di sebelah rumah pamanku, kesempatan nih
buat kenalan. Akhirnya dengan berpura-pura membeli rokok aku kenalan
sama dia. Ternyata dia sudah setahun lulus SMA, terus nggak dilanjutin
lagi karena masalah biaya. Maunya dia sih langsung kerja tapi belum
dapat akhirnya sementara itu dia di rumah membantu ibunya. Aku mulai
mendekatinya, ngobrol dengannya, kadang aku nekat “nyamperin” dia ke
rumahnya kalau malam. Untungnya orang tuanya kenal dengan pamanku,
jadinya lancar aja deh.
Dalam hitungan hari, rasa cintaku sama dia bertambah dan aku tahu
kalau dia juga suka padaku.Suatu malam, kuajak dia jalan-jalan di kota,
lalu nonton ke bioskop. Tadinya sih dia nolak, alasannya sih takut
kemalaman. Cuma setelah dibujuk-bujuk dia mau juga. Di dalam bioskop
kuambil kursi yang pojokan baris atas dengan alasan supaya nontonnya
lebih jelas padahal sih.. Untungnya bioskop agak sepi, soalnya hari
biasa bukan malam minggu. Waktu itu kami nonton film drama, aku lupa
judulnya, tapi yang jelas adegan “kiss-kissan” dan romantisnya pasti ada
lah. Pas adegan itu, aku melirik ke sebelah melihat reaksi dia,
sepertinya sih dia agak risih. Mungkin karena nontonnya bareng aku kali.
Aku agak ngeri juga mau ‘gerilya’ soalnya kalau dia nggak suka
urusannya bisa berabe nanti.
Akhirnya dengan sedikit nekat kurangkulkan tanganku ke bahunya.
Awalnya dia terkejut, tapi dia diam saja. Lampu hijau nih pikirku, tapi
pelan-pelan aja lah. Selang beberapa lama, bahunya kutarik supaya
merapat padaku, dan dia diam aja. Kuberanikan untuk memegang tangannya,
mencium rambutnya, kubelai-belai dengan lembut, sambil sesekali kucium
dahinya. Dia ternyata juga memberi reaksi dengan meremas lembut
tanganku.
Kupanggil namanya, “Minah..,” dia melihat ke arahku.
“Abang sayang sama Minah.”
Dia tersenyum malu, menundukkan muka tanpa bilang apa-apa. Lalu kuangkat
dagunya, dan dengan lembut kukecup bibirnya. Dia pun membalas dengan
lembut. Cukup lama kami berpagutan, tanganku mulai bekerja langsung
meraba payudaranya. Dia tersentak kaget, karena mungkin baru pertama
kali payudaranya disentuh laki-laki.
“Jangan, Bang..” katanya sedikit memohon.
Aku hanya tersenyum dan berkata, “Sorry deh, Abang kelepasan.”
Dia pun mengangguk mengerti. Dalam hati aku berkata susah juga nih cewek, butuh perlakuan khusus nih.
Lalu kurangkul dia kembali sambil kubelai lembut lengan dan bahunya.
Sesekali kucium rambutnya yang agak panjang tergerai hingga mendekati
daerah leher dan telinganya. Ia sedikit bergerak karena geli, namun aku
tahu semakin lama ia akan semakin terangsang. Dengan sedikit kesabaran
dia terus kuperlakukan dengan lembut, menunggu saat yang tepat. Hingga
akhirnya kukecup lagi bibirnya dan seperti dugaanku ia membalas dengan
sedikit agresif dibanding kecupan yang pertama.
Tanganku mulai naik dari arah pinggang merambat perlahan hingga ke
payudaranya tanpa ada reaksi penolakan. Kuusap lembut payudaranya yang
masih kencang sambil terus mengecupnya. Nafasnya mulai memburu menikmati
permainan tanganku. Lalu bergantian kedua payudaranya kuremas dengan
lembut.Setelah puas merambah kedua gunung yang masih perawan, tanganku
mulai turun ke arah paha dan mengelusnya dengan lembut. Secara perlahan
rabaanku mulai naik ke daerah selangkangannya. Ia sedikit merapatkan
pahanya, namun aku tidak peduli karena kesempatan seperti ini sulit
didapat. Dengan sedikit memaksa, kusentuh kelaminnya. Karena saat itu ia
memakai celana panjang dari bahan kain, lekuk vaginanya masih terasa
kuraba. Dengan mengira-ngira kuelus bagian sekitar klitorisnya hingga ia
sedikit mengerang karena nikmat. Terkadang jari tengahku sedikit
kutekan pada lubang vaginanya dan saat itu pula pantatnya ikut menekan
maju.
Sebenarnya ingin kuhentikan rabaanku karena keinginanku sudah
tercapai, lagipula aku juga merasa nggak enak kalau ada orang lain yang
melihat, maklumlah di kampung orang. Namun karena dia sudah menikmati
rangsanganku aku pun merasa tidak tega. Sudahlah kepalang tanggung, biar
sekalian kuselesaikan. Kugesek lebih cepat jariku pada bagian vaginanya
terutama daerah klitoris, ditambah dengan ciuman pada daerah leher dan
telinga. Dia pun semakin terangsang hingga tak lama kemudian ia
mengerang dan kurasakan badannya mengejang dengan kedua kakinya sedikit
mengangkat. Lalu ia menundukkan kepalanya ke dadaku. Kukecup dahinya dan
kurangkul dia dengan erat.
Sebelum film selesai, kuajak dia keluar mencari udara segar, karena
kami sama-sama kegerahan karena kejadian tadi. Sikapnya sangat berbeda
sekarang. Tadinya kami hanya berjalan beriringan sebelum menonton
bioskop, tapi sekarang kami saling berangkulan hingga payudaranya yang
kencang terasa di tubuhku. Kuantarkan dia pulang ke rumahnya lalu aku
sendiri pulang ke rumah pamanku.
Aku langsung masuk ke kamar dan masturbasi sambil menghayalkan
kejadian tadi. Bahkan hingga dua kali berturut-turut. Dua malam kemudian
ada suatu acara resepsi pernikahan di daerah itu, kebetulan orang yang
mengadakan resepsi cukup terpandang di daerah itu. Setelah resepsi masih
ada hiburan layar tancap sampai pagi. Kalau tidak salah malam itu malam
Minggu. Ingin juga merasakan enaknya nonton layar tancap, soalnya
seumur-umur nggak pernah sih.
Saat makan malam berbagai hidangan disajikan dan sebagian besar
masakan padang. Aku duduk berdua dengan Aminah mulai awal pesta. Saat
makan, karena tersenggol orang, Aminah menumpahkan sirop yang
dipegangnya ke bajuku hingga membasahi celanaku. Kemeja putihku sebagian
berwarna merah ketumpahan sirop.
“Nggak pa-pa kok, aku ganti baju aja dulu sebentar,” kataku karena melihat rasa menyesal di wajahnya.
“Saya temenin ya, Bang. Tidak enak hati saya jadinya,” katanya.
“Ngga pa-pa, Minah. Kamu makan aja dulu, biar Abang pulang sebentar. Nggak usah ditemani,” jawabku.
Tapi karena terus memaksa, aku pun membiarkannya.
Sesampai di rumah pamanku, saat itu tidak ada ornag, aku langsung
melepaskan kemejaku dan melemparnya ke ember cucian, lalu naik ke
kamarku untuk berganti baju. Tidak lama kemudian aku pun turun, dan
kulihat Aminah sedang mencuci noda di bajuku.
“Sudah biar saja, Minah. Besok saja dicuci,” kataku.
“Tak pa-pa Bang, Cuma sebentar,” jawabnya.
Akhirnya kubiarkan karena dilarangpun tetap saja dikerjakannya. Sambil
menunggu, aku mengambil air es dan kuminum. Lalu aku kembali ke kamar
mandi. Sesampainya di sana kulihat Aminah dengan menunduk
membelakangiku, sedikit menungging, sedang membilas bajuku. Walupun ia
saat itu memakai sarung berenda khas sumsel, namun lekuk pinggul dan
pantatnya sangat indah, membuatku terangsang dan tanpa terasa penisku
mulai bangkit. Apalagi posisi ini posisi favoritku dan Nita di Jakarta
bila sedang making love.
Goddaan setan melintas di pikiranku, apalagi sekarang rumah lagi
kosong, namun tetap kutahan.Setelah selesai membilas, dan merendam
pakaianku ia pun membalikkan badannya dan sesaat terhenti karena melihat
aku menatapnya tak berkedip. Kulihat wajahnya yang manis dengan
senyumnya yang menawan, ada sedikit butiran keringat di dahinya yang
seakan menambah daya tarik.
“Kenapa, Bang?” katanya.
Aku tak menjawab, lalu kudekati dia dan langsung kukecup bibirnya.
Awalnya ia membalas dengan lembut. Kubelai seluruh tubuhnya, dan kupeluk
dia dengan erat sambil terus mengecup bibirnya. Entah kenapa rasanya
berbeda sekali dibanding bila kulakukan ini dengan Nita. Kulepaskan
kecupanku sesaat, kupandang sekali lagi wajahnya dan ia balas menatapku.
Lalu kami saling berpagutan kembali, kali ini lebih menggelora.
Tanganku pun mulai bergerilya ke seluruh tubuhnya, mengelus dan meremas
tanpa henti.
Kemudian kugendong dia dan kubaringkan di atas kursi panjang, sambil
aku berlutut, kami kembali saling berpagutan. Karena nafsuku yang sudah
memuncak, akibat “puasa” hingga dua minggu lebih langsung saja kuraba
vaginanya. Ternyata di balik sarungnya ia tidak memakai penutup lagi
selain celana dalam. “Kebetulan nih,” pikirku. Langsung saja kuulangi
peristiwa di bioskop kemarin, dan ia pun pasrah saja menikmati
sentuhanku. Tidak berapa lama, kuselipkan jariku ke dalam celana
dalamnya dan langsung bersentuhan dengan vaginanya.
Dengan mengandalkan
pengalaman bersama Nita kurangsang dia dengan mengusap klitorisnya,
memainkan jari pada lubang vagina tanpa memasukkannya, membuat ia
semakin bergairah dan biasanya pada akhirnya setiap wanita akan meminta
kita untuk memasukkannya. Walaupun dia tidak meminta secara langsung
namun secara perlahan ia mulai menggoyangkan pinggulnya mengikuti
gerakan jariku pada vaginanya. Walaupun birahiku semakin memuncak dan
sulit untuk ditahan, namun aku tetap sabar. Ada kepuasan tersendiri di
saat menaklukkan seorang wanita hingga memohon untuk dipuaskan.
Tidak berapa lama kemudian gerakan pinggulnya kurasakan semakin cepat
dan nafasnya semakin memburu hingga jariku kewalahan untuk
merangsangnya sambil menahan celana dalamnya. Perlahan kulepaskan jariku
dari vaginanya dan kucoba untuk melepaskan celana dalamnya. Seakan
mengerti, ia sedikit mengangkat pantatnya hingga memudahkanku
melepaskannya. Kulanjutkan kembali kegiatanku seperti tadi hingga ia
kembali terangsang dengan hebat, sebab setelah celana dalamnya terlepas,
jariku semakin leluasa memainkan vaginanya. Dia tidak pernah
mengucapkan sepatah katapun, hanya erangan nikmat yang sesekali keluar
dari bibirnya. Padahal bila dengan Nita, kami sering mengucapkan
kata-kata kotor untuk lebih merangsang permainan.
Tiba-tiba kutarik jariku dari vaginanya sebelum ia mencapai puncak
kenikmatannya. Ia sedikit terkejut menatapku. Lalu aku mulai melepaskan
ikat pinggang dan resleting celanaku. “Ahh..” ucapnya sambil memalingkan
wajahnya ke arah berlawanan. Namun aku tahu ia tak akan sanggup lagi
untuk menolak hal ini. Setelah kulepaskan semua celanaku, kupegang
tangannya dan kubimbing ke arah penisku. Saat terpegang olehnya, ia
seperti sadar dan menarik tangannya tapi kutahan dan kutuntun tangannya
untuk mengocok penisku. Ia pun menurut dan tanganku kembali bermain di
vaginanya. Ia kembali terangsang, dan mulai memberanikan diri untuk
melihat penisku sambil terus mengocoknya.
Kami menikmati permainan itu hingga beberapa saat kemudian badannya
mengejang mencapai puncak kenikmatan. Vaginanya sungguh lembut dan
hangat dan sangat basah. Ingin sekali kumasukkan penisku saat itu, tapi
mengingat ia masih perawan, aku harus memperlakukannya dengan lembut.
Belum selesai ia menikmati orgasmenya, aku langsung melebarkan kakinya
dan sambil berdiri dengan posisi 69 kubenamkan wajahku ke vaginanya.
Aroma yang sangat khas namun lebih lembut dibanding aroma Nita tercium
olehku. Kumainkan lidahku di seluruh permukaan vaginanya, terutama pada
bagian klitorisnya. Ia mulai terangsang kembali dengan cepat sambil
tangannya terus mengocok penisku.
Saat aku sedang asyik menjelajahi vaginanya dengan lidahku, kurasakan
ia sedikit menggerakkan badannya dan sesaat kemudian penisku terasa
masuk ke dalam rongga yang hangat. Aku tersenyum dalm hati, ternyata ia
cepat belajar. Namun karena pertama kali dan karena posisi kami yang
kurang pas, terkadang secara tak sengaja tergigit olehnya hingga aku
harus menarik pinggulku karena terasa sakit. Untungnya ia mengerti dan
akhirnya hanya memainkan lidahnya di sekujur penisku tanpa dimasukkan ke
dalam mulutnya. Cukup lama kami berada di posisi ini. Pinggul Aminah
mulai bergerak liar menekan ke arah lidahku. Posisi yang kurang enak
membuat badanku lelah dan akhirnya kuhentikan jilatanku pada vaginanya.
Langsung saja aku mengambil posisi standard sambil mengangkat salah satu
kakinya dengan tanganku dan bertumpu pada tanganku yang lainnya.
“Kamu tuntun ya, Minah..” kubisikkan kepadanya dan ia mengangguk pelan.
Ia pegang penisku dan menuntunya ke lubang vaginanya. Setelah posisinya pas aku mulai mendorong secara perlahan.
“Sakit Bang. Ahh.. pelan-pelan,” bisiknya ditengah-tengah erangan nikmat.
“Ya, pelan-pelan saja. Minah saja yang tuntun, kalo sakit jangan dipaksa,” jawabku.
Aku pun menyesuaikan goyangan pinggulku dengan tuntunan tangannya.
Secara perlahan namun pasti penisku mulai masuk sedikit demi sedikit.
Walaupun terasa sakit, rasa nikmat dari sanggama membuatnya terus
mencoba memasukkan penisku. Setelah kurasakan bibir vaginanya mulai
mengembang, aku mengambil alih gerakan. Pinggulku mulai kupercepat
menghunjam vaginanya. Nafsu yang sudah tertahan-tahan akhirnya dapat
kulepaskan hingga di suatu saat kudorong penisku cukup keras ke dalam
vaginanya.
“Ouch..” hampir berbarengan kami mengerang.
Setengah penisku masuk ke dalam vagina yang sempit dan hangat. Lalu
mulai kudorong lagi perlahan-lahan dan secara bertahap temponya
kupercepat hingga otot vaginanya bisa menyesuaikan penisku. Hingga
akhirnya penisku bisa masuk seluruhnya ke dalam liang vagina yang jauh
lebih nikmat dari milik Nita, karena memang saat aku bersanggama dengan
Nita ia sudah tidak perawan lagi. Kulepaskan peganganku pada kakinya,
lalu kuangkat sedikit pantatnya dengan tanganku yang bebas agar
penetrasi menjadi lebih mudah. “Ooh.. aah..” hanya desahan dan rintihan
yang bisa keluar dari bibir kami. Nikmat yang kurasa sangat menakjubkan
hingga aku yang biasa bisa menahan orgasme, sangat sulit untuk
melakukannya.
Beberapa menit kemudian gairah kami mulai memuncak dan aku pun tidak
bisa lagi menahannya lebih lama. Aminah pun mulai menggoyangkan
pinggulnya dengan liar, hingga akhirnya aku bertumpu pada kedua tangan
dan berkonsentrasi pada goyangan pinggulku. Beberapa saat kemudian, saat
kupercepat goyanganku Aminah menaikkan pantatnya dan mengejang nikmat.
Ia mencapai orgasmenya. Dalam hitungan detik pun kurasakan denyutan yang
familiar pada pinggangku. Seketika itu juga kucabut penisku dari
vaginanya dan mulai mengocoknya dengan keras. Kutumpahkan semua maniku
ke lantai, sambil terus mengocok penisku hingga badanku lemas dan serasa
tak bertenaga. Saat kulakukan itu Aminah bangun dari kursi dan
menghampiriku serta membantuku menyelesaikan orgasme.
Kami lalu berpelukan dan berpagutan beberapa saat hingga kusadari ia menitikkan air mata.
“Jangan takut Minah, ini rahasia kita berdua. Kalau Abang selesai kuliah
di Jakarta, Abang akan jemput Minah ke sini,” kataku untuk
menghiburnya.
Ia menatapku sambil tersenyum lalu kami berciuman lagi untuk beberapa
saat. Lalu merapikan diri untuk kembali ke resepsi, dengan tak lupa
membersihkan bekas-bekas pertempuran di ruang tamu.Kami melakukannya
sekali lagi di sebuah motel di luar Palembang saat kami sedang
berjalan-jalan ke luar kota, hingga seminggu kemudian aku kembali ke
Jakarta untuk kuliah. Kami masih saling berkirim surat hingga sekarang,
namun sayangnya liburan ini aku tidak bisa pulang ke kampung karena
masalah akademis. Walaupun aku masih berhubungan dengan Nita, itu
hanyalah sebagai pelampiasan nafsu belaka, namun hatiku masih tertambat
di kampung halamanku. END
Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Di Bawah ini :
Posted By : 233poker.com
No comments:
Post a Comment