Situs Poker Terbaik - Cerita Sex Ngentot Dengan Perjaka Ganteng - Ayahku adalah seorang Kepala Sekolah Dasar dan Ibuku adalah seorang
Guru Agama di salah satu MTs di Kota P, sebuah kota kecil di wilayah E –
Jawa Tengah, jadi bisa dibayangkan betapa ketat mereka mendidik
anak-anaknya dalam hal keagamaan. Setiap sore aku wajib mengaji di
sebuah langgar di kampungku agar jiwa keagamaan terpateri dalam jiwaku.
Itulah keadaanku.
Situs Poker Terbaik - Kurang lebih tiga belas tahun yang lalu saat aku jadi
pengangguran setelah gagal mengikuti UMPTN, aku merantau ke Jakarta
untuk mencari kerja sambil menunggu kesempatan untuk ikut UMPTN
berikutnya. Selama di Jakarta aku menumpang ditempat kontrakan kakakku
yang juga masih bujangan, yang saat itu sudah bekerja.
Sekian lama di Jakarta rupanya keberuntungan belum berpihak kepadaku,
sehingga akhirnya aku memutuskan untuk pulang kampung. Soalnya kupikir
mending jadi pengangguran di kampung sendiri daripada lontang-lantung di
kota orang.
“Mas..!! Aku besok mau pulang saja ke P,” aku minta ijin kakakku malam harinya setelah ia istirahat.
“Lho, ngapain pulang? Kan mending di sini dulu, sambil nyari-nyari kerja. Siapa tahu sebentar lagi dapat kerjaan.”
“Ah enggak enak nganggur terus di sini Mas. Mending nganggur di P aja.
Banyak temannya. Di sini lontang-lantung sendirian enggak enak.”
“Ya sudah kalau maumu begitu.”
Akhirnya kakakku tidak bisa berbuat banyak dan membiarkan aku pulang ke
Kota P keesokan harinya. Siang itu aku sudah berangkat dari Grogol,
tempat kontrakkan kakakku ke arah Pulo Gadung untuk pulang kampung
dengan bus malam. Akhirnya aku memperoleh bus yang lumayan longgar,
karena memang penumpangnya sedikit. Aku memilih bangku yang isi 2
dibelakang dekat pintu belakang. Karena kebetulan tempat itulah yang
masih kosong. Lainnya sudah terisi walau cuma satu-satu. Aku tidak ingin
duduk dengan orang yang tidak kukenal karena aku memang agak kurang
bisa bergaul.
Bus berangkat dari Pulo Gadung dengan banyak bangku yang masih kosong.
Begitu sampai Cakung, bus berhenti lagi dan banyak sekali penumpang yang
ikut naik. Salah satu yang kebetulan memilih duduk dikursi sebelahku
adalah seorang perempuan yang kalau kutaksir mungkin umurnya sekitar 29
tahun-an. Saat itu aku masih baru 19 tahunan. Tubuhnya cukup tinggi
untuk ukuran wanita Indonesia yaitu sekitar 160 Cm dengan bobot yang
cukup proporsional. Tidak gemuk dan tidak pula terlalu kurus. Kulitnya
putih bersih dengan potongan rambut pendek ala Demi Moore. Wajahnya
tidak begitu cantik tapi cukup menarik untuk dipandang.
“Sini masih kosong dik??” tanyanya yang sempat mengagetkanku
“Ooh.. ap..apa mbak?”
“Bangku ini masih kosong enggak? Ngalamun ya?” ia mengulangi pertanyaannya sambil tersenyum.
“Oh iya mbak masih kosong kok!!”
“Enggak mengganggu kan kalau aku duduk disini?”
“Oh..eh..enggak apa-apa mbak!!”
Akhirnya perempuan itu duduk di sebelahku. Yach, walaupun tidak begitu
cantik namun orangnya putih bersih. Dalam hati aku sempat bersorak juga,
aku pikir ini mungkin rejeki juga soalnya masih banyak kursi kosong eh,
kok perempuan ini malah memilih duduk di kursi paling belakang. Dan
dasar aku yang sulit bergaul, aku jadi cuma berani mencuri-curi pandang
kearahnya tanpa berani memulai percakapan. Hatiku dag-dig-dug tak karuan
soalnya gugup kalau berdekatan dengan perempuan yang belum kukenal.
Rupanya lama-lama perempuan itu tahu juga kalau aku selalu mencuri-curi
pandang kearahnya. Karena pas aku lagi melirik kearahnya, tiba-tiba ia
menengok kearahku sambil tersenyum. Plos! Aku tak sanggup berkata
apa-apa saking gugupnya karena ketahuan telah mencuri-curi pandang.
“Kenapa dik? Ada yang salah dengan diriku?”
“Eh..oh.. enggak apa-apa kok mbak,” jawabku gugup.
“Lho dari tadi Mbak amati kamu selalu mencuri-curi pandang padaku memangnya kenapa?” ia masih tersenyum.
“Ah, eng..enggak kok mbak. Saya memang suka grogi kalau berdekatan dengan wanita yang belum kenal kok mbak.”
“Ooo.. begitu ya. Eh, ngomong-ngomong adik ini mau kemana?”
“Saya mau pulang ke Kota P, mbak! Nah kalau mbak sendiri mau kemana?” tanyaku agak berani setelah percakapan mulai terbuka.
“Sama dik! Saya juga mau ke Kota P, tepatnya ke K. Adik P-nya di mana?”
“Sa.. saya di kotanya mbak!”
“Kalau di kotanya.. kenal sama mbak I enggak? Dia itu anaknya pak S yang jadi Kepala SD di K. Dia juga rumahnya di kota-nya.”
“Ooh, mbak I yang dulu pernah jadi juara bintang radio ya mbak? Kalau
itu sich saya kenal banget, wong itu kakakku yang paling besar kok. Dan
dia sekarang malah tinggal di Jakarta ikut suaminya. Sekarang dia ngajar
di salah satu SMUN di Halim.”
“Ooh jadi adik ini adiknya mbak I ya? Kok saya dulu waktu main ke rumah mbak I nggak pernah ketemu adik?”
Setelah melalui percakapan yang panjang akhirnya aku tahu namanya adalah
mbak Yn dan bekerja di Instansi Keuangan di bilangan Kalibata Jakarta
Selatan. Ia kebetulan pada saat itu mau pulang untuk cuti selama dua
minggu. Dari percakapan itulah aku juga tahu bahwa ia sudah menjadi
janda karena suaminya kawin lagi dan ia memilih cerai daripada dimadu.
Ia berumur 29 tahun saat itu dan sudah memiliki seorang anak perempuan
yang baru berumur 5 tahun yang tinggal dengan Bapak Ibunya mbak Yn di K.
Kami berdua semakin akrab, karena mbak Yn memang orangnya supel dan
pintar bicara. Pada saat ia mengeluarkan kue kering untuk dibagikan
padaku, tanpa sengaja tanganku dipegangnya. Badanku mulai gemetar tak
tahu apa yang harus kulakukan, sehingga aku tetap memegang tangannya
yang halus walaupun kue-nya telah kupegang dengan tangan yang satunya.
Tanpa sadar kami masih berpegangan tangan untuk beberapa saat dalam
kegelapan bus malam yang melaju kencang menembus kegelapan malam.
Tanpa kata-kata kami saling meremas jemari masing-masing dalam
kegelapan, karena memang lampu bus telah dimatikan. Hatiku semakin
berdebar tak karuan. Apalagi saat kulirik ia juga menengok ke arahku
sambil tersenyum. Aku malu sekali, ingin kulepaskan tangannya, tetapi
justru ia semakin erat menggenggam jemariku. Bahkan ia menyenderkan
tubuhnya ke badanku. Aku semakin gemetar dan panas dingin dibuatnya.
“Dik Gaber kenapa? Kok gemeteran sih?”
“Eh.. oh.. enggak kenapa-kenapa kok mbak!”
“Memang dik Gaber belum pernah punya pacar?”
“Sudah pernah sich mbak.. cuman cinta monyet. Biasa, cuman surat-suratan
waktu SMA dulu,” gemeteranku semakin kelihatan dalam suaraku.
“Ooh, makanya gemeteran begini. Mbak ngantuk boleh tidur nyandar bahu dik Gaber khan?”
Tanpa menunggu jawaban dariku, mbak Yn telah menyandarkan kepalanya ke
tubuhku. Aku yang duduk di dekat jendela jadi semakin terpojok. Entah
disengaja atau tidak pada saat ia menyandarkan tubuhnya ketubuhku bagian
dadanya yang empuk ketat menekan lenganku. Hal ini membuat aku yang
belum pernah berdekatan dengan wanita menjadi sangat terangsang. Batang
kemaluanku mulai menggeliat bangun dan mengeras yang menimbulkan rasa
sakit karena terjepit celana jeans-ku yang ketat. Kemudian tanganku
dilingkarkan kepundaknya dan sekarang ia menyandar di dadaku dengan
tangan yang bebas memelukku.
Udara malam yang dingin semakin membuat kami terlena dalam kehangatan
saling berpelukan. Apalagi suasana bus yang gelap sangat berpihak pada
kami. Tangan mbak Yn bergerak perlahan menyusur tulang iga-ku dan
bergerak terus ke atas ke bawah. Aku yang merasa kegelian dan terangsang
bercampur aduk jadi satu menjadi sesak napasku. Ia terus menggerakkan
tangannya sampai akhirnya ia pun memegang tanganku yang satunya dan
dibimbingnya ke arah dadanya. Dengan rasa penasaran dan takut kubiarkan
saja apa yang dilakukannya. Aku membiarkan saja tanganku dibimbing
kearah dadanya yang kalau kulihat dari kaus yang dikenakannya besarnya
sedang. Begitu menyentuh tonjolan bukit yang membusung di balik kaos
mbak Yn, tanganku ditekannya. Aku mengikuti saja apa yang dilakukan oleh
mbak Yn. Karena belum tahu apa yang musti dilakukan dalam menghadapi
situasi semacam ini, tanganku hanya bergerak menekan-nekan seperti apa
yang dibimbing mbak Yn tadi.
Sementara itu tangan mbak Yn sudah mulai berpindah. Sekarang tangannya
mengelus lututku kearah atas dan balik lagi ke bawah sehingga membuat
batang kemaluanku yang kencang menjadi semakin sakit karena terjepit
celanaku yang ketat. Aku menggeser kakiku untuk memperbaiki posisi
batang kemaluanku yang terjepit celana dangan merenggangkan kedua kakiku
agak terbuka. Hal ini membuat tangan mbak Yn semakin leluasa bergerak
menyusur paha ku di bagian dalam hingga keselangkanganku dan menekannya
dengan lembut begitu tangannya berada di atas bagian celanaku yang
menonjol.
Napasku semakin sesak mendapat perlakuan yang seumur hidupku
baru kurasakan ini. Apalagi kemudian tangan mbak Yn seolah-olah memijat
dan meremas batang kemaluanku yang sudah sangat kencang dari luar celana
jeans-ku. Sementara tanganku tanpa sadar sudah mulai meremas-remas
kedua bukit payudara mbak Yn bergantian dengan gemasnya.
“Sekarang sabuk dik Gaber dilonggarkan,” bisik mbak Yn.
“Ken.. kenapa mbak??” bisikku kaget.
“Kalau kencang begini kan ini-nya bisa kesakitan,” kata mbak Yn sambil menekan batang kemaluanku dari luar.
Seperti kerbau dicucuk hidungnya aku nurut saja apa yang dikatakan mbak
Yn. Kulonggarkan sabukku dan duduk dengan posisi seperti semula. Aku
yang semula penakut sekarang menjadi lebih berani. Dengan tabah
kutelusupkan tanganku kedalam kaos mbak Yn lewat bawah, kemudian merayap
mengelus perutnya yang halus ke atas dan terus keatas hingga berhenti
di atas bra mbak Yn yang lembut. Tangan mbak Yn bergerak ke balik
punggungnya dan tiba-tiba kurasakan kain penutup bukit payudara mbak Yn
jadi longgar. Rupanya tadi mbak Yn membuka kait bra-nya yang ada di
belakang. Aku jadi leluasa bergerak meremas dan mengelus kedua bukit
payudaranya yang kenyal dan halus silih berganti. Serasa mendapat mainan
baru aku dengan gemas dan antusias meremas, mengelus dan meraba-raba
kedua tonjolan bukit payudara mbak Yn yang kenyal dan halus itu.
“Mmhhh,” napas mbak Yn kudengar mulai memburu saat dengan gemas putting
payudaranya yang mulai mengeras itu kupelintir dengan jepitan telunjuk
dan ibu jariku. Lalu aku sendiri merasakan sekarang tangan mbak Yn mulai
menarik ritsluiting celana jeans-ku dan menyusupkan tangannya kebalik
CD-ku. Napasku tertahan dan badanku semakin panas dingin saat tangan
mbak Yn yang lembut mulai menyelusup ke dalam CD-ku dan mengusap rambut
yang tumbuh di sekitar kemaluanku. Tanganku semakin liar meremas dan
meraba kedua bukit kembar di dada mbak Yn, ketika kurasakan ada sesuatu
yang meledak-ledak dan mendorong di bawah pusarku karena tangan mbak Yn
yang hangat dan lembut kini sudah mulai mengusap dan meremas batang
kemaluanku dengan lembut.
Mungkin mbak Yn yang sudah berpengalaman mengetahui keadaanku hingga
semakin kencang meremas dan mengurut batang kemaluanku yang sudah sangat
kencang. Napasku seolah terhenti, dan mataku erat terpejam saat
kurasakan sesuatu yang mendesak di perut bagian bawahku tidak dapat
kutahan lagi dan meledak. Badanku serasa mengawang dan kurasakan suatu
kenikmatan yang belum pernah kurasakan saat rasa ingin kencing yang
tidak dapat kutahan lagi keluar dan membasahi tangan lembut mbak Yn.
Crrrtt! Cratt!
“Ahhh!”, tanpa sadar aku melenguh. Aku jadi malu sekali pada mbak Yn.
“Enak dik??” bisik mbak Yn mesra.
“Ah, mbak Yn. Saya jadi malu karena mengotori tangan mbak.”
“Enggak apa-apa kok. Memang dik Gaber belum pernah keluar itu-nya?”
“Kalau onani sendiri sich pernah mbak, tapi kalau yang begini, be.. belum mbak…”
“Terus kalau tidur sama cewek sudah pernah belum?”
“Be.. belum mbak. Saya enggak berani.”
“Nah kalau belum pernah dan ingin merasakan tidur dengan cewek, nanti
kita bisa nginap dulu sebelum pulang. Dik Gaber mau enggak?”
“Ah, sa.. saya takut mbak!”
“Lho, takut sama siapa? Kan mbak enggak nggigit, malah bikin kamu keenakan iya kan?”
Aku terdiam karena tidak tahu musti menjawab apa. Di sisi lain aku ingin
dan penasaran sekali merasakan bagaimana rasanya tidur dengan cewek,
sementara di sisi lain aku merasa takut pada apa. Entahlah aku tidak
tahu. Mungkin dogma agama yang telah tertanam dalam diriku bahwa tidur
dengan perempuan yang bukan muhrimnya adalah zina, membuat rasa takutku
timbul. Lama aku bergulat dalam pikiranku antara ya dan tidak, tetapi
rupanya syeitan telah keluar sebagai pemenangnya. Kediamanku ternyata
dianggap sebagai persetujuanku.
Bus kami sampai ke Kota P dini hari. Pukul 03.00 bus kami sudah masuk
terminal. Sementara untuk pulang harus berganti bus lagi dan belum ada
bus yang ke kotaku yang berangkat. Apalagi mbak Yn yang dari kotaku
masih harus naik angkutan pedesaan lagi, jadi cukup beralasan kalau kami
akhirnya memutuskan untuk menginap. Kami pun akhirnya mencari
penginapan yang banyak bertebaran di sekitar terminal.
Singkat cerita kami pun check-in satu kamar. Kemudian aku langsung masuk
kamar mandi dan mandi karena risi CD-ku basah sekali oleh air maniku
sendiri setelah di bus tadi aku sempat mengalami orgasme karena
dikerjain mbak Yn. Selagi mandi tiba-tiba mbak Yn masuk ke kamar mandi
dengan tanpa sehelai kain pun menutupi tubuhnya yang putih. Aku
terkesiap. Mataku melotot menyaksikan pemandangan luar biasa yang baru
seumur-umur kulihat ini. Tubuhnya yang polos berdiri di depan mataku
tanpa ada rasa sungkan sama sekali.
Kulitnya putih bersih, perutnya yang
cukup rata tanpa guratan bekas melahirkan kelihatan serasi dengan
tonjolan bukit payudara-nya yang sedang besarnya yang masih kencang
menggantung di dada mbak Yn. Putingnya kulihat besar dan berwarna agak
kecoklatan. Sementara di bagian bawah perutnya tampak tonjolan bukit
yang lebat ditumbuhi bulu-bulu hitam yang sangat lebat. Sehingga kulihat
sangat kontras sekali perpaduan antara kulitnya yang putih bersih tanpa
cacat berpadu dengan sebentuk warna hitam yang terpusat di bawah
perutnya.
Aku masih melongo saat ia memencet hidungku sambil tersenyum dan mengatakan ingin ikut mandi sekalian.
“Aku mandi sekalian aja. Soalnya udah keburu ngantuk, biar tidurnya enak!” demikian ia berkilah.
“Ak.. aku malu mbak,” dalam hatiku sebenarnya senang soalnya ini adalah
pertama kali aku dapat melihat tubuh wanita telanjang. Syeitan
benar-benar telah memanangkan diriku. Yang kuingin pada saat itu adalah
cuma rasa penasaran.
“Alaah.. pakai malu segala,” desisnya, “Ayo sini mbak mandiin.”
Aku diam saja karena tak mampu berkata-kata lagi. Kemudian mbak Yn
mengambil sabun dan mulai menggosok tubuhku yang sudah basah dengan
tangannya yang penuh sabun. Perlahan rasa nikmat itu menyerangku lagi
saat tangan mbak Yn menggosok punggungku dengan sabun dan
sebentar-sebentar tonjolan lembut dan hangat di dadanya menekan
punggungku dari belakang saat ia menyabun dadaku dari arah belakang.
“Akhhh,” aku mendesah panjang saat mbak Yn dengan memelukku ketat dari
belakang menyabun tubuhku bagian bawah, aku begitu terangsang. Di
punggungku menempel ketat tonjolan bukit payudara yang lembut dan
hangat, sedangkan selangkanganku digosok-gosok dan diurut tangan mbak Yn
yang lembut. Kupejamkan mataku untuk menikmati sensasi yang luar biasa
bagiku. Aku merasakan betapa batang kemaluanku yang sudah tegang
berdenyut-denyut dalam genggaman tangan mbak Yn yang licin karena busa
sabun. Ia terus mengurut-urut batang kemaluanku ke atas dan ke bawah
dengan lembut dengan sesekali diselingi remasan di kantung buah zakarku.
Napasku kian memburu dan desahanku kian kencang.
“Ouchh, shhhh, mbaaakkk.. ouchhhhh!” aku hampir saja merasakan adanya
sesuatu yang mendesak hendak keluar dari bawah perutku. Dan mbak Yn yang
rupanya sudah cukup berpengalaman tahu keadaanku hingga ia menghentikan
aksinya.
“Sekarang gantian mbak yang dimandiin dong,” pinta mbak Yn tak berapa
lama kemudian. Aku pun mengguyur tubuh telanjang mbak Yn dengan air dan
kemudian tanganku dengan canggung mulai menyabuni punggungnya.
“Pelan-pelan dik, jangan takut,” bisiknya yang membuat keberanian dan
rasa pede-ku mulai bangkit. Aku pun mulai meraba (menyabuni) punggung
mbak Yn kemudian tanganku mulai berani nakal mulai turun ke pinggulnya,
terus turun dan akhirnya dengan gemas tanganku mulai meremas sambil
menyabuni buah pantat mbak Yn yang besar dan indah. Lalu setelah puas
bermain-main dengan pantat mbak Yn, aku pun mengikuti gaya menyabun mbak
Yn tadi. Tanganku merayap ke depan dan mulai menyabuni kedua buah
gumpalan yang menggantung indah di dada mbak Yn. Dengan gemas kuurut
bukit kembar itu sehingga putingnya mulai mengeras.
“Oohhhh, enaakkk diiik. Terusshhhh, shhhh!” mbak Yn mendesis-desis
seperti orang kepedasan. Aku pun tak lupa menempelkan batang kemaluanku
yang sudah mengencang sejak tadi ke tengah-tengah belahan buah pantat
mbak Yn yang membuatku merasa sangat nikmat. Apalagi mbak Yn kemudian
menggoyangkan pinggulnya menggeser dan semakin erat menekankan batang
kemaluanku ditengah belahan kedua belah buah pantatnya yang licin karena
sabun.
“Ouchh, ter.. ter.. ushh dik,” mbak Yn mendesis desis ketika tanganku
mulai bergerak-gerak menyabuni gundukan bukit kecil yang lebat ditumbuhi
rambut di selangkangan mbak Yn. Tubuhnya semakin liar bergerak
menggeser batang kemaluanku yang terjepit di sela-sela bongkahan buah
pantatnya. Tubuh kami yang licin sangat membantu pergerakan dan
gesekan-gesekan tubuh kami. Hal ini membuat sensasi yang luar biasa bagi
kami berdua. Batang kemaluanku yang terjepit diantara belahan buah
pantat mbak Yn dan tubuhku sendiri semakin berdenyut denyut. Aku sudah
tidak tahan lagi.
“Oochh.. mbaakkk aku su.. sudah tak ku.. aatthh mbaaak!” bisikku di
telinganya. Mbak Yn pun menghentikan gerakannya dan memintaku untuk
segera membersihkan tubuh kami dari sabun.
Beberapa siraman air dingin ternyata cukup untuk menolongku untuk tidak
sampai mengeluarkan air maniku yang sudah mendesak-desak ingin
disalurkan. Aku merasa agak cool walau pun batang kemaluanku masih tegak
berdiri. Dan setelah selesai mengeringkan tubuh kami dengan handuk,
mbak Yn segera menuntunku untuk menuju ke tempat tidur. Dengan masih
bertelanjang bulat kami bergandengan tangan dan melemparkan tubuh kami
ke tempat tidur double-bed yang empuk.
Kami berbaring saling bersebelahan. Mbak Yn yang sudah berpengalaman
rupanya tahu bahwa aku masih sangat hijau dalam hal seperti ini. Dengan
serta merta tanganku dibimbingnya ke arah dadanya, sementara tangannya
sendiri juga mulai mengelus dadaku. Kembali kami saling raba dan saling
pencet. Tanganku segera meremas bukit payudaranya dengan gemas
bergantian kanan dan kiri.
“Oohhh, terushhh diiik,” Mbak Yn terus mendesah.
“Aahhh!”, aku pun ikutan mendesah tatkala tangan mbak Yn kembali
mengurut-urut batang kemaluanku dengan lembut. Tubuhku menggigil menahan
kenikmatan yang luar biasa ketika tangan mbak Yn mengocok-ngocok batang
kemaluanku.
“Mbaak, oohhhh!”
“Sek.. sekarang kamu naik.. diiik.. oochhh” mbak Yn pun rupanya sudah
tak tahan lagi. Kemudian dipentangkannya kedua pahanya lebar-lebar dan
disuruhnya aku untuk naik keatas perutnya.
Aku pun dengan arahan mbak Yn segera menempatkan diri di tengah-tengah
pentangan pahanya dan mulai menindih tubuhnya. Tangan mbak Yn segera
memandu batang kemaluanku dan diarahkannya ke tengah-tengah gundukan
daging di bawah perutnya yang lebat ditumbuhi rambut.
“Akhhhh!, aku mengerang saat ujung kepala kemaluanku mulai
digesek-gesekkan oleh mbak Yn ke celah-celah yang begitu hangat dan
sudah basah.
“Doronghh.. pelan-pelannh diik. Ouchhh!!”
“Hkk. Ouchhh,” napasku seolah terhenti seketika ketika ujung kepala
kemaluanku mulai menerobos celah yang sempit, hangat dan licin di
sela-sela paha mbak Yn. Mbak Yn pun kudengar napasnya tertahan “Achhh,
oochh, terushh.. doronghhhh!”
Aku terus mengikuti aba-aba mbak Yn. Kutarik pantatku ke atas begitu
kurasakan kira-kira hampir separuh batang kemaluanku terbenam dalam
celah kemaluan mbak Yn, dan kemudian kudorong lagi ke bawah. Setelah
beberapa kali kulakukan hal itu aku disuruh untuk menekan dan
membenamkan seluruh batang kemaluanku ke dalam liang kemaluannya
“Sekkaranghhh, ma.. masukkanhh.. Ouchhh!”, Mbak Yn menjerit tertahan
saat kutekan pantatku kuat kuat hingga seluruh batang kemaluanku
terbenam kedalam liang kemaluannya yang masih cukup sempit dan sangat
hangat. Mbak Yn pun segera menggerakkan pinggulnya memutar.
Baru beberapa putaran dilakukan mbak Yn. Tiba-tiba aku merasakan
seolah-olah batang kemaluanku seperti diremas-remas oleh jepitan daging
yang licin dan hangat sehingga mataku sampai terpejam erat-erat menahan
nikmat yang amat sangat. Aku merasakan seolah olah ada desakan yang maha
dahsyat yang mendesak dari bawah pusarku. Desakan itu terlalu kuat
untuk dapat kutahan.
“Ouuchh.. mbakkk, akk sudahhh oochhhhhh”, dengan erangan yang panjang
aku merasakan seolah-olah tubuhku tersentak oleh aliran listrik ribuan
volt, jiwaku seolah melayang dan kepalaku terdongak ke atas. Mbak Yn
yang sudah tahu kondisiku semakin gila memutar pantatnya diangkatnya
pantatnya tinggi-tinggi untuk menyongsong sodokanku.
“Terr.. russh. Terushhh.. ohhh.. terussshhhh”, desisnya tak henti-henti.
Sementara aku sudah tidak mampu lagi menahan ledakan yang sedari tadi
kucoba untuk menahannya. Dan crrrt, cratttt! Jebolah pertahananku. Air
mani keperjakaanku menyembur di dalam liang kemaluan mbak Yn yang hangat
dan memenuhi semua celah yang ada di dalamnya. Badanku masih
terkejat-kejat untuk beberapa saat lamanya seolah-olah menuntaskan
sisa-sisa kenikmatan yang ada.
“Terr.. ushhh.. diiikkk, terusshhhh!”, desisnya berulang-ulang. Namun aku sudah tak mampu bergerak lagi.
Dengan gemas mbak Yn yang rupanya sedang dalam pendakian segera membalik
tubuhku dan kini posisinya menindihku. Walau pun sudah terkuras air
maniku, namun batang kemaluanku belum begitu mengendur. Sekarang giliran
mbak Yn yang bergerak di atas perutku. Tubuhnya bergerak liar seperti
seorang joki yang sedang menaiki kuda balap. Payudaranya
bergoyang-goyang indah.
“Ayo, putar pinggulmu diikkkh.. ouchhh.”
Aku pun mengikuti komandonya. Kugerakkan pinggulku memutar seperti yang diinginkan mbak Yn.
“Ya, ya.. beg..ituuu. Ouchhhh! Terushhhh!” akhirnya kurasakan jepitan
liang kemaluan mbak Yn semakin erat menjepit batang kemaluanku. Tubuh
mbak Yn tersentak dan matanya membeliak.
“Ouchhhh, terrushhhh,” dan akhirnya tubuhnya ambruk di atas perutku.
“Shh.. kamu.. sudah cukup hebbathhh dikk!”, napasnya mulai teratur.
“Tapi saya kalah mbak, saya sudah keluar duluan!”
“Enggak apa apa. Mbak juga bisa orgasme kok! Memang kamu baru kali ini merasakan bersetubuh ya dik?”
“Iya mbak. Terima kasih ya mbak telah memberikan pengalaman yang berharga bagi saya.”
“Saya justru yang terima kasih, kamu telah memberikan kehangatan pada
mbak yang sudah cukup lama tidak merasakan seperti ini sejak bercerai
dulu.”
Begitulah kami pun lalu beristirahat sambil tetap berpelukan dengan
tubuh mbak Yn masih tetap menindihku dan batang kemaluanku masih tetap
menancap di dalam kehangatan liang kemaluan mbak Yn. END
Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Di Bawah ini :
Posted By : 233poker.com
No comments:
Post a Comment