Agen Poker Online - Karena Kesal Akhirnya Kutiduri Adikku - Salam kenal kepada pembaca budiman. Namaku Adi Mas Said, seorang
mahasiswa sebuah perguruan tinggi ternama di kota Medan. Keluargaku
terdiri dari ayah ibuku dan seorang adik perempuan yang bernama Fina.
Keluargaku termasuk keluarga yang cukup berada. Fina saat ini duduk di
kelas tiga SMP sebuah sekolah swasta di Medan. Dia seorang gadis yang
sangat popular di sekolahnya dan juga sekaligus merupakan wakil ketua
OSIS. Tidak heran kenapa dia bisa sepopuler itu.
Agen Poker Online - Fina seorang
gadis yang cantik dan manis. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, namun
kemungilannya justru membuatnya nampak semakin manis. Dadanya tidak
terlalu besar, namun lekukannya indah. Bibirnya merah merekah dan lesung
pipitnya membuatnya semakin menggoda, ibaratnya apel merah yang segar.
Rambutnya panjang sampai ke bahu, hitam legam, indah dan harum. Kulitnya
putih dan mulus. Singkat kata, dia memang seorang gadis yang sangat
cantik dan merupakan kebanggaan orang tuaku. Selain itu dia juga sangat
pandai membawa diri di hadapan orang lain sehingga semua orang
menyukainya.
Namun di balik semua itu, sang “putri” ini sebetulnya
tidaklah perfect. Kepribadiannya yang manis ternyata hanya topeng
belaka. Di dunia ini, hanya aku, kakak laki-lakinya, yang tahu akan
kepribadiannya yang sesungguhnya. Kedua orang tuaku yang sering keluar
kota untuk berbisnis selalu menitipkan rumah dan adikku kepadaku. Tapi
mereka tidak tahu kalau aku kesulitan untuk mengendalikan adikku yang
bandelnya bukan main. Di hadapanku, dia selalu bersikap membangkang dan
seenaknya. Bila aku berkata A, maka dia akan melakukan hal yang
sebaliknya. Pokoknya aku sungguh kewalahan untuk menanganinya.
Suatu
hari, semuanya berubah drastic. hari itu adalah Hari Sabtu yang tak
akan terlupakan dalam hidupku. Pada akhir minggu itu, seperti biasanya
kedua orang tuaku sedang berada di luar kota untuk urusan bisnis. Mereka
akan kembali minggu depannya. Kebetulan, aku dan adikku juga sedang
liburan panjang. Sebetulnya kami ingin ikut dengan orang tua kami keluar
kota, tapi orang tuaku melarang kami ikut dengan alasan tak ingin kami
mengganggu urusan bisnis mereka. Biarpun adikku kelihatan menurut, tapi
aku tahu kalau dia sangat kesal di hatinya. Setelah mereka pergi, aku
mencoba untuk menghiburnya dengan mengajaknya nonton DVD baru yang
kubeli yaitu Harry Potter and the Order of Pheonix. Tapi kebaikanku
dibalas dengan air tuba. Bukan saja dia tidak menerima kebaikanku,
bahkan dia membanting pintu kamarnya di depan hidungku.
Inilah
penghinaan terakhir yang bisa kuterima. Akupun menonton DVD sendirian di
ruang tamu. Tapi pikiranku tidaklah focus ke film, melainkan bagaimana
caranya membalas perbuatan adikku. Di rumah memang cuma ada kami berdua.
Orang tua kami berpendapat bahwa kami tidak memerlukan pembantu dengan
alasan untuk melatih tanggung jawab di keluarga kami. Selintas pikiran
ngawur pun melintas di benakku. Aku bermaksud untuk menyelinap ke kamar
adikku nanti malam dan memfoto tubuh telanjangnya waktu tidur dan
menggunakannya untuk memaksa adikku agar menjadi adik yang penurut.
Malam
itu, jam menunjukan pukul sebelas malam. Aku pun mengedap di depan
pintu kamar adikku. Daun telingaku menempel di pintu untuk memastikan
apa adikku sudah tertidur. Ternyata tidak ada suara TV ataupun radio di
kamarnya. Memang biasanya adikku ini kalau hatinya sedang mengkal, akan
segera pergi tidur lebih awal. Akupun menggunakan keahlianku sebagai
mahasiswa jurusan teknik untuk membuka kunci pintu kamar adikku.
Kebetulan aku memang mempunyai kit untuk itu yang kubeli waktu sedang
tour ke luar negeri. Di tanganku aku mempunyai sebuah kamera digital.
Di
kamar adikku, lampu masih terang karena dia memang tidak berani tidur
dalam kegelapan. Akupun berjalan perlahan menuju tempat tidurnya.
Ternyata malam itu dia tidur pulas terlentang dengan mengenakan daster
putih. Tanganku bergerak perlahan dan gemetar menyingkap dasternya ke
atas. Dia diam saja tidak bergerak dan napasnya masih halus dan teratur.
Ternyata dia memakai celana dalam warna putih dan bergambar bunga
mawar. Pahanya begitu mulus dan aku pun bisa melihat ada bulu-bulu halus
menyembul keluar di sekitar daerah vaginanya yang tertutup celana
dalamnya.
Kemudian aku menggunakan gunting dan menggunting
dasternya sehingga akhirnya bagian payudaranya terlihat. Di luar
dugaanku, ternyata dia tidak mengenakan kutang. Payudaranya tidak begitu
besar, mungkin ukuran A, tapi lekukannya sungguh indah dan menantang.
Jakunku bergerak naik turun dan akupun menelan ludah melihat pemandangan
paling indah dalam hidupku. Kemudian dengan gemetar dan hati-hati, aku
pun membuka celana dalamnya. Adikku masih tertidur pulas.
Pemandangan
indah segera terpampang di hadapanku. Sebuah hutan kecil yang tidak
begitu lebat terhampar di depan mataku. Sangking terpesonanya, aku hanya
bisa berdiri untuk sekian lamanya memandang dengan kamera di tanganku.
Aku lupa akan maksud kedatanganku kemari. Sebuah pikiran setanpun
melintas, kenapa aku harus puas hanya dengan memotret tubuh adikku.
Apakah aku harus mensia-siakan kesempatan satu kali ini dalam hidupku?
Apalagi aku masih perjaka ting-ting. Tapi kesadaran lain juga muncul di
benakku, dia adalah adik kandungku., For God Sake. Kedua kekuatan
kebajikan dan kejahatan berkecamuk di pikiranku.
Akhirnya, karena
pikiranku tidak bisa memutuskan, maka aku membiarkan “adik laki-lakiku”
di selangkangku memutuskan. Ternyata beliau sudah tegang siap perang.
Manusia boleh berencana, tapi iblislah yang menentukan. Kemudian aku
meletakan kamera di meja. Aku pun menggunakan kain daster yang sudah
koyak untuk mengikat tangan adikku ke tempat tidur. Sengaja aku
membiarkan kakinya bebas agar tidak menghalangi permainan setan yang
akan segera kulakukan. Adikku masih juga tidak sadar kalau bahaya besar
sudah mengancamnya. Aku pun segera membuka bajuku dan celanaku hingga
telanjang bulat.
Kemudian aku menundukan mukaku ke daerah
selangkangan adikku. Ternyata daerah itu sangat harum, kelihatan kalau
adikku ini sangat menjaga kebersihan tubuhnya. Kemudian aku pun mulai
menjilati daerah lipatan dan klitoris adikku. Adikku masih tertidur
pulas, tapi setelah beberapa lama, napasnya sudah mulai memburu. Semakin
lama, vagina adikku semakin basah dan merekah. Aku sudah tak tahan lagi
dan mengarahkan moncong meriamku ke lubang kenikmatan terlarang itu.
Kedua tanganku memegang pergelangan kaki adikku dan membukanya
lebar-lebar.
Ujung kepala penisku sudah menempel di bibir vagina
adikku. Sejenak, aku ragu-ragu untuk melakukannya. Tapi aku segera
menggelengkan kepalaku dan membuang jauh keraguanku. Dengan sebuah
sentakan aku mendorong pantatku maju ke depan dan penisku menembus masuk
vagina yang masih sangat rapat namun basah itu. Sebuah teriakan nyaring
bergema di kamar,” Aaaggh, aduh….uuuhh, KAK ADI, APA YANG KAULAKUKAN??”
Adikku terbangun dan menjerit melihatku berada di atas tubuhnya dan
menindihnya. Muka adikku pucat pasi ketakutan dan menahan rasa sakit
yang luar biasa. Matanya mulai berkaca-kaca. Sedangkan pinggulnya
bergerak-gerak menahan rasa sakit. Tangannya berguncang mencoba
melepaskan diri. Begitu juga kakinya mencoba melepaskan diri dari
peganganku. Namun semua upaya itu tidak berhasil. Aku tidak berani
berlama-lama menatap matanya, khawatir kalau aku akan berubah pikiran.
Aku mengalihkan pandangan mataku ke arah selangkangan. Ternyata vagina
adikku mengeluarkan darah, darah keperawanan.
Aku tidak
menghiraukan semua itu karena sebuah kenikmatan yang belum pernah
kurasakan dalam hidupku menyerangku. Penisku yang bercokol di dalam
vagina adikku merasakan rasa panas dan kontraksi otot vagina adikku.
Rasanya seperti disedot oleh sebuah vakum cleaner. Aku pun segera
menggerakan pinggulku dan memompa tubuh adikku. Adikku menangis dan
menjerit:” Aduhh..aahh..uuhh..am..pun..kak…lep..as..kan..pana
ss…sakitt!!” “Kak..Adii..mengo..uuhh..yak..aduh…tubuhku!!! ” Aku tidak
tahan dengan rengekan adikku, karena itu aku segera menggunakan celana
dalam adikku untuk menyumpal mulutnya sehingga yang terdengar hanya
suara Ughh..Ahhh.
Setelah sekitar lima belas menit, adikku tidak
meronta lagi hanya menangis dan mengeluh kesakitan. Darah masih
berkucuran di sekitar vaginanya tapi tidak sederas tadi lagi. Aku
sendiri memeramkan mata merasakan kenikmatan yang luar biasa. Aku
semakin cepat menggerakan pinggulku karena aku merasa akan segera
mencapai klimaksnya. Sesekali tanganku menampar pantat adikku agar dia
menggoyangkan pinggulnya sambil berkata:’ Who is your Daddy?” Sebuah
dilema muncul di pikiranku. Haruskah aku menembak di dalam rahim adikku
atau di luar? Aku tahu kalau aku ingin melakukannya di dalam, tapi
bagaimana bila adikku hamil? Ahh… biarlah itu urusan nanti, apalagi aku
tahu di mana ibuku menyimpan pil KBnya. Tiga menit
kemudian..crott..crottt..akupun menembakan cairan hangat di dalam rahim
adikku. Keringat membasahi kedua tubuh kami dan darah keperawanan adikku
membasahi selangkangan kami dan sprei tempat tidur.
Aku
membiarkan penisku di dalam vagina adikku selama beberapa menit.
Kemudian setelah puas, aku mencabut keluar penisku dan tidur terlentang
di samping adikku. Aku kemudian membebaskan tangan adikku dan membuka
sumpalan mulutnya. Kedua tanganku bersiap untuk menerima amukan
kemarahannya. Namun di luar dugaanku, dia tidak menyerangku. Adikku
hanya diam membisu seribu bahasa dan masih menangis. Posisinya masih
tidur dan hanya punggungnya yang mengadapku. Aku melihat tangannya
menutup dadanya dan tangan lainnya menutup vaginanya. Dia masih menangis
tersedu-sedu.
Setelah semua kepuasanku tersalurkan, baru sekarang
aku bingung apa yang harus kulakukan selanjutnya. Semua kejadian ini di
luar rencanaku. Aku sekarang sangat ketakutan membayangkan bagaimana
kalau orang tuaku tahu. Hidupku bisa berakhir di penjara. Kemudian
pandangan mataku berhenti di kamera. Sebuah ide jenius muncul di
pikiranku. Aku mengambil kameranya dan segera memfoto tubuh telanjang
adikku. Adikku melihat perbuatanku dan bertanya: ”Kak Adi, Apa yang kau
lakukan? Hentikan, masih belum cukupkah perbuatan setanmu malam ini?
Hentikan…” Tangannya bergerak berusaha merebut kameraku. Namun aku sudah
memperkirakan ini dan lebih sigap. Karena tenagaku lebih besar, aku
berhasi menjauhkan kameranya dari jangkauannya. Aku mencabut keluar
memori card dari kameranya dan berkata: “Kalau kamu tidak mau foto ini
tersebar di website sekolahmu, kejadian malam ini harus dirahasiakan
dari semua orang. Kamu juga harus menuruti perintah kakakmu ini mulai
sekarang.”
Wajah adikku pucat pasi, dan air mata masih berlinang
di pipinya. Kemudian dengan lemah dia mengganggukkan kepalanya. Sebuah
perasaan ibaratnya telah memenangi piala dunia, bersemayam di dadaku.
Aku tahu, kalau mulai malam itu aku telah menaklukan adikku yang bandel
ini. Kemudian aku memerintahkan dia untuk membereskan ruangan kamarnya
dan menyingkirkan sprei bernoda darah dan potongan dasternya yang koyak.
Selain itu aku segera menyuruhnya meminum pil KB yang kudapat dari
lemari obat ibuku. Terakhir aku menyuruhnya mandi membersihkan badan,
tentu saja bersamaku. Aku menyuruhnya untuk menggunakan jari-jari
lentiknya untuk membersihkan penisku dengan lembut.
Malam itu, aku
telah memenangkan pertempuran. Selama seminggu kepergian orang tuaku,
aku selalu meniduri adikku di setiap kesempatan yang ada. Pada hari
keempat, adikku sudah terbiasa dan tidak lagi menolakku biarpun dia
masih kelihatan sedih dan tertekan setiap kali kita bercinta. Aku juga
memerintahkannya untuk membersihkan rumah dan memasakan makanan
kesukaanku. Aku juga memberi tugas baru untuk mulut mungil adikku dengan
bibirnya yang merah merekah. Setiap malam selama seminggu ketika aku
menonton TV, aku menyuruh adikku untuk memberi oral seks. Dan aku selalu
menyemprotkan spermaku ke dalam mulutnya dan menyuruhnya untuk
menelannya.
Ketika orang tuaku kembali minggu depannya, aku
memerintahkan adikku untuk bersikap sewajarnya menyambut mereka. Ketika
ibuku memeluk adikku, aku melihat wajah adikku yang seperti ingin
melaporkan peristiwa yang terjadi selama seminggu ini. Aku pun bertindak
cepat dan berkata pada ibuku: “Ibu, gimana perjalanan ibu? Tunjukan
dong FOTOnya kepada kami berdua.” Ibuku tersenyum mendengar ini dan
tidak mencurigai apa pun. Tapi adikku menjadi sedikit pucat dan tahu
makna dari perkataanku. Dia pun tidak jadi berkata apa-apa.
Sejak
itu, setiap kali ada kesempatan, aku selalu meniduri adikku. Tentu saja
kami mempraktekan safe sex dengan kondom dan pil. Setelah dia lulus SMA,
kami masih melakukannya, bahkan sekarang dia sudah menikmati permainan
kami. Terkadang, dia sendiri yang datang memintanya. Ketika dia lulus
SMA, aku yang sekarang sudah bekerja di sebuah bank bonafid dipindahkan
ke Jakarta. Aku meminta orang tuaku untuk mengijinkan adikku kuliah di
Jakarta. Tentu saja aku beralasan bahwa aku akan menjaganya agar adikku
tidak terseret dalam pergaulan bebas. Orang tuaku setuju dan adikku juga
pasrah. Sekarang kami berdua tinggal di Jakarta dan menikmati kebebasan
kami. Hal yang berbeda hanyalah aku bisa melihat bahwa adikku telah
berubah menjadi gadis yang lebih binal. END
Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Di Bawah ini :
No comments:
Post a Comment