Agen Poker Terpercaya - Saat Mabuk Berat Aku Nikmati Disetubuhi Temanku - Namaku Evi. Usiaku 17 tahun. Aku sekolah di sebuah SMU swasta
terkenal di Surabaya. Sudah hampir setahun ini hidupku penuh berisi
kesenangan-kesenangan yang liar. Dugem, ineks dan seks bebas. Sampai
akhirnya aku terjerumus dalam ambang kehancuran. Terombang-ambing dalam
ketidak pastian. Aku bingung apa yang kucari. Aku bingung harus kemana
arah dan tujuanku.
Agen Poker Terpercaya - Apa yang selama ini kulakukan tidak memberikan
kemajuan yang positif. Bahkan aku nyaris gila. Siapakah aku ini?
Sejujurnya
aku menyesali kondisiku yang seperti ini. Keterlibatanku dengan narkoba
telah membawaku ke dalam kehidupan yang kelam. Sungguh kejam!
Aku
jadi berangan-angan ingin kembali ke kehidupan lamaku dimana aku belum
mengenal narkoba. Saat itu begitu indah. Orang tuaku sayang padaku.
Bastian pacarku dengan setia berada disisiku. Dan dia selalu datang
untuk menghibur dan menemaniku.
Aku jadi ingat pada hari-hari
tertentu, teman-teman sekolahku datang main ke rumah untuk mengerjakan
tugas atau hanya sekedar berkumpul. Kalau lagi ada pacarku, mereka
selalu menggoda kami sebagai pasangan serasi. Padahal menurutku kami
bertolak belakang. Aku pemalu dan mudah merajuk. Sedang pacarku biang
kerok di sekolah dan tidak tahu malu. Aku berprestasi dalam pelajaran
tapi kurang menguasai bidang olah raga. Sedangkan dia berprestasi dalam
olah raga namun malas belajar. Tinggiku sedang dan badanku agak kurus.
Sedangkan dia tinggi dan besar. Pokoknya beda banget. Tapi teman sekolah
mengatakan kami pasangan serasi. Entah apanya yang serasi..
Aku
masih ingat saat-saat terakhir dia meninggalkan aku untuk sekolah ke
Amerika. Ada setitik firasat bahwa itu adalah saat terakhir aku
bersamanya. Aku menangis tiada henti di bandara seperti orang bodoh.
Tidak ada kata yang terucap, hanya sedu sedan lirih terdengar dari
mulutku. Orang tuanya sampai sungkan pada orang tuaku dan berusaha
menghiburku dengan mengatakan bahwa Bastian akan sering pulang ke
Indonesia untuk menengokku. Orang tuaku pun tak kalah dan berjanji
padaku akan menyekolahkan aku ke Amerika selepas SMU.
Kata orang
cinta akan lebih terasa saat terpisahkan oleh jarak. Aku tidak sabar
untuk membuka e-mail setiap malam. Telepon internasional seminggu sekali
menjadi pelepas dahaga bila aku rindu suaranya. Setiap malam menjelang
tidur, aku melihat-lihat foto kami berdua. Dan tak lupa aku mendoakan
dia.
Kini Bastian tidak akan mau memandangku lagi. Laporan dari
teman-temannya yang melihat aku berkeliaran di diskotik-diskotik dengan
lelaki lain membuatnya murka dan tidak mempercayai aku. Dia mengadili
aku yang hanya bisa menangis dan berjanji akan menghentikan perbuatanku.
Tapi apa daya, di belahan dunia lain, Bastian tidak akan bisa melihat
keseriusanku. Dia meminta untuk mengakhiri hubungannya denganku meski
aku menangis meraung-raung di telepon. Aku tak berdaya. Dia begitu
kerasnya tidak mengampuni kesalahanku.
Yah memang semua itu memang
salahku. Tapi apakah aku tidak punya kesempatan untuk memperbaiki
kesalahan? Apakah setiap orang tidak pernah khilaf? Apakah sama sekali
tidak ada ampun untukku? Dia dulu mengatakan apa pun yang terjadi akan
selalu mencintaiku. Akan selalu menjagaku. Semakin hari cintanya padaku
akan semakin besar. Ternyata, bohong! Itu semua hanya bohong belaka!
Saat
ini aku jadi ceweq bodoh, sering melamun dan mudah stres. Bukan hanya
hubunganku dengan Bastian yang hancur. Hubunganku dengan ayah ibuku juga
memburuk. Mereka sudah menyerah menghadapi aku yang hampir setiap hari
pulang pagi. Mereka bahkan mengancam akan mengusir aku bila terus
menerus seperti ini.
Aku jadi sering membolos sekolah. Prestasiku
di sekolah makin hari makin memburuk. Aku telah kehilangan minat untuk
belajar dan meraih ranking tinggi di sekolah. Hubungan sosial dengan
teman sekolahku juga semakin buruk. Aku malas bergaul dengan mereka. Aku
takut mereka mengetahui siapa aku sebenarnya. Aku takut mereka
menyebarkan tingkah lakuku sebenarnya. Aku takut..
Aku jadi
paranoid! Aku jadi mudah curiga dengan semua orang. Aku jadi sulit tidur
dan melamun yang tidak-tidak. Aku jadi sering mimpi buruk dan makin
sulit membedakan mana mimpi dan kenyataan. Lama-lama aku bisa gila!
Aku
ingin berhenti menggunakan narkoba dan sesegera mungkin meninggalkan
dunia gemerlap yang selama setahun ini kugeluti. Tapi aku sulit
meninggalkannya. Aku terperangkap di dalamnya!
Ineks! Semua ini
gara-gara pil setan itu! Badanku semakin kurus. Mataku cekung dihiasi
garis hitam dibawahnya. Aku tidak mengenali wajahku sendiri di hadapan
cermin. Bahkan Mamaku sudah mengecap aku sebagai wanita nakal.
Yah..
wanita nakal.. aku memang telah jadi wanita nakal. Aku telah melepaskan
keperawananku pada seorang pria yang bukan suamiku. Aku malu pada
diriku dan pada orang tuaku. Diriku bukan Evi yang dulu. Evi yang selalu
meraih prestasi di sekolah. Evi yang selalu membanggakan orang tua. Evi
yang rajin ke gereja. Evi yang lugu dan pemalu. Evi yang selalu jujur
dan berterus terang..
Malam itu entah malam keberapa aku ke
diskotik dengan Rangga. Setelah triping gila-gilaan bersama teman-teman,
aku pulang bersama Rangga. Sebenarnya aku malas pulang karena masih
dalam keadaan on berat. Gara-gara Bandar gede dari Jakarta datang, semua
jadi kebanyakan ineks. Badanku terus bergetar tiada henti, dan rahangku
bergerak-gerak ke kiri dan kekanan. Dengan eratnya aku peluk lengan
Rangga seakan-akan takut kehilangan dirinya.
Tidak seperti
biasanya Rangga mengajakku putar-putar keliling kota. Mungkin dia
kasihan melihat aku masih on berat dan tidak tega membiarkan aku
sendirian di rumah. Aku sih senang-senang saja. Kuputar lagu-lagu house
music agak kencang, meski aku tahu akibatnya bisa fatal.
Tak
sampai lima menit, lagu house music dan hembusan hawa AC yang dingin
membuat aku on lagi! Aku menggerak-gerakkan badan, kepala dan tanganku
di bangku sebelah. Rasanya asyik sekali triping dalam mobil yang melaju
membelah kota! Rangga tertawa melihat aku memutar-mutar kepala seperti
angin puyuh.
“Untung kaca film mobilku gelap. Jadi aku nggak perlu takut orang-orang melihat tingkahmu!” ujarnya.
Hahaha..
rasanya saat itu aku tidak peduli mau dilihat orang, polisi, hansip
atau siapa pun juga, aku tidak akan peduli! Lagipula ini masih jam 3
pagi.
Setelah setengah jam kami putar-putar kota, akhirnya kami
sampai di daerah sekitar rumah Rangga. Rangga menyarankan agar aku
meneruskan tripingku di rumahnya. Sebab terlalu riskan bila triping di
jalanan seperti itu. Kalau sedang sial bisa ketangkap polisi. Aku yang
sudah tidak bisa berpikir lagi Cuma mengiyakan semua omongannya.
Sampai
di rumahnya, aku langsung diantar ke kamarnya. Sambil meletakkan kunci
mobil, Rangga menyalakan ac dan memutar lagu house music untukku. Wah
dia benar-benar ingin membuat aku on terus sampai pagi! Ok, Aku layani!
Kurebut remote ac dari tangannya dan ku setel dengan temperatur paling
rendah.
Rangga yang sudah drop, begitu mencium bau ranjang
langsung hendak merebahkan badannya yang besar itu ke tempat tidur.
Tentu saja aku tidak ingin tripping sendiri! Kutarik tangannya dan
kuajak dia goyang lagi. Rangga mengerang dan tetap menutup wajahnya
dengan bantal. Tingkahnya dibuat manja seperti anak kecil. Tidak habis
pikir aku segera mencari koleksi minumannya di mejanya. Kusambar sebotol
Martell VSOP dan kupaksa dia minum.
Mulanya Rangga menolak dengan
alasan besok harus kerja. Namun aku memaksa terus hingga dia tak
berkutik. Beberapa teguk Martell membuahkan hasil juga. Rangga bangun
dan duduk didepanku. Aku segera memeluknya dari belakang dan menggodanya
dengan manja.
“Kalau kamu mau nemenin aku tripinng.. hari ini aku jadi milikmu.”
“Milikku sepenuhnya..? Ehm.. I love it!” Balas Rangga nakal.
“Ya..ehm.. jadi milikmu..” gumamku di dekat telinganya.
Aku
memeluknya dari belakang dan menciumi telinganya sampai dia kegelian.
Aku terus menggodanya dengan menciumi leher dan bahunya. Tiba-tiba dia
membalikkan badan dan menyergapku! Aku kaget juga dan berteriak kecil.
Rangga mendekapku erat-erat dan balas menciumi wajah, leher dan
telingaku. Aku menjerit-jerit kegelian oleh tingkahnya.
Lama-lama
ciuman Rangga semakin turun ke bawah. Dia melorotkan tali tank-topku dan
menciumi buah dadaku dengan ganas sambil mendengus-dengus. Aku bergetar
menahan geli dan rangsangan yang hebat. Otot-otot badan dan kakiku
terasa kaku semua.
Tidak puas menciumi dadaku, Rangga meloloskan bra yang menutupi dadaku sehingga kedua buah dadaku tersembul keluar.
“Woow.. aku paling suka payudaramu!” desisnya.
Aku
paling suka kalau keindahan tubuhku dipuji. Dia mengucapkan kata-kata
itu dengan mata berbinar-binar sehingga membuatku tersanjung. Tentu saja
aku langsung menutupi dadaku dengan kedua tanganku seakan-akan
melarangnya untuk melihat.
Sedetik kemudian dia membuka kedua
tanganku dan membungkuk kearah dadaku lalu mendekatkan mulutnya ke
puting kananku. Dengusan napasnya yang mengenai putingku sudah bisa
membuatku menggelinjang. Pelan-pelan lidahnya menjilat putingku sekilas,
lalu berhenti dan memandang reaksiku. Aku memejamkan mata dan
mendengus. Perasaanku melambung sampai ke awang-awang! Ketika kubuka
mataku, dia memandangku sambil tersenyum nakal. Aku memukulnya. Kemudian
dia menjilat puting kiriku sekilas. Aku kembali
menggelinjang-gelinjang. Aku merasa detik-detik penantian apa yang akan
dilakukan Rangga pada putingku membuat aku makin penasaran. Aku
mengerang-erang ingin agar Rangga meneruskan aksinya.
Aku sudah
sangat terangsang hingga memohon-mohon padanya agar memuaskan aku.
Rangga tersenyum manis sekali lalu mulai memasukan putingku ke mulutnya.
Putingku dipermainkan dengan mulut dan lidahnya yang hangat. Aku
bergetar dan menggelinjang menjadi-jadi. Kepiawaian Rangga merangsang
dan memuaskan aku sudah terbukti. Rangsangan yang hebat melupakan segala
janji yang pernah kubuat.
Rangga sangat terangsang rupanya. Aku
merasa ada yang mengganjal di bagian bawah perutku dan menyodok-nyodok
kemaluanku. Aku membuka kedua kakiku lebar-lebar dan merubah posisi
pinggulku agar kemaluanku bergesekan dengan penisnya. Tiap kali penisnya
menggesek klitorisku aku mengerang dan merenggut apa saja yang bisa
kurenggut termasuk rambutnya. Napas kita yang mendengus-dengus
bersahut-sahutan bersaing dengan lagu house music yang memenuhi ruangan.
Rangga
meneruskan aksinya sambil melepas pakaianku satu persatu hingga aku
telanjang bulat. Aku menatap wajahnya dengan perasaan tak karuan. Lalu
dia membuka pakaiannya sendiri dan mulai menyerangku dengan ganas.
Aku
diciumi mulai mulut turun ke leher lalu ke buah dadaku. Kemudian turun
lagi melewati pusar dan bulu kemaluanku. Dia berhenti sesaat sambil
melihat aku yang sudah terangsang berat.
“Rangga.. cium anuku please..” pintaku terbata-bata.
“Hehehe..” Desisnya pelan.
Lalu
tanpa menunggu perintah kedua kalinya, dia mulai merubah posisinya agar
mulutnya pas di kemaluanku. Kemudian kakiku dibuka lebar-lebar ke atas
sehingga kemaluanku menyembul di antara pahaku. Aku merasa hawa dingin
menerpa bagian dalam kemaluanku yang merekah. Aku memejamkan mata
berdebar-debar menunggu Rangga memulai aksinya.
Rangga menciumi
sisi luar kemaluanku dengan perlahan. Aku mengerang tertahan dan
mengerutkan dahi. Rasanya geli sekali! Ciumannya bergerak ke tengah dan
berhenti di klitorisku. Klitorisku diciuminya lama sekali seperti kalau
dia menciumi bibirku. Dia mengulum dan kadang menyedot kemaluanku dengan
kuat. Aku mendesah-desah keras sekali. Tak tergambarkan rasanya. Lalu
ketika lidahnya ikut bermain, aku tak kuat menahan lebih lama lagi.
Dibukanya bibir kemaluanku dengan jarinya, lalu lidahnya dimasukan
diantaranya. Lidahnya memilin-milin klitorisku dan kadang masuk ke
vaginaku dalam sekali.
Erangan panjang menandakan kenikmatan yang
tiada taranya. Aku malu sekali ketika orgasme dihadapannya. Ritme
ciumannya pada kemaluanku perlahan-lahan mengendur seiring dengan
tekanan yang kurasakan. Rangga memang hebat. Dia sudah berpengalaman
memuaskan ceweq. Dia bisa tahu timing yang tepat kapan harus cepat dan
kapan harus pelan.
Aku jadi curiga apa dia berprofesi sebagai gigolo
yang biasa memuaskan Tante-Tante kesepian. Hehehe..
“Lho kok cepat? Udah terangsang dari tadi ya?” tanyanya sambil senyum-senyum mesum.
Mukaku
memerah ketika aku tak bisa menjawab pertanyaannya. Aku memukulnya
dengan bantal sambil menggodanya. “Kamu gigolo ya? Kok hebat banget?”
“Eh,
gigolo! Kurang ajar! Gua ini memang Don Juan Surabaya ya! Belum pernah
ada ceweq yang tidak puas kalau main denganku!” katanya pongah.
“Teman-temanku sampai menjuluki aku ‘Sex Machine’!” lanjutnya.
“Ngibul! kamu pasti gigolo!” godaku sambil memukulnya dengan bantal lagi. Kami perang mulut selama beberapa saat.
Kemudian
Rangga mengakhirinya dengan berkata, “Enak aja menghinaku! Sebagai
balasannya, nih..” Rangga melompat kearahku dan memasukkan kepalanya
diantara kakiku.
Dia langsung melumat kemaluanku dengan mulutnya
lebih ganas lagi padahal kemaluanku masih berdenyut-denyut geli. Aku
menjerit-jerit karenanya. Gelinya luar biasa! Entah apakah kemaluanku
sudah sangat basah atau tidak, aku mendengar bunyi berkecipak di
kemaluanku. Rasa geli yang menerpa segera berubah menjadi nikmat. Aku
terhanyut lagi dalam permainan lidahnya.
Aku orgasme untuk yang
kedua kalinya. Badanku rasanya lemas semua. Malam itu aku mudah sekali
orgasme. Entah apa mungkin itu karena pengaruh ineks atau memang aku
sudah dalam keadaan puncak, aku tidak tahu..
Kami break sebentar.
Rangga tidur terlentang. Kulihat penisnya berdiri tegak bagai tugu
monas. Kepalanya yang merah mengkilat karena cairan maninya meleleh
keluar. Aku duduk di dipangkuannya dan memegang penisnya yang keras.
“Lho, sejak kapan celana dalammu lepas? Aku kok nggak tahu?” tanyaku.
“Hehehe.. kamu merem terus dari tadi sampe nggak tahu kalo burungku udah menunggu-nunggu ditembakkan ke sasaran!” candanya.
Aku
kasihan padanya. Kuelus-elus penisnya sambil menggodanya. Lalu aku naik
ke atas tubuhnya dan duduk tepat diatas penisnya. Rangga tampak
terangsang melihat tindakanku. Kugoyang-goyangkan pinggulku maju mundur
diatas penisnya sambil kuelus-elus dadanya. Rangga memejamkan matanya
sambil merasakan sentuhan-sentuhan kemaluanku di penisnya. Aku juga
merasa geli-geli nikmat saat penisnya yang keras dan licin menggeser
klitorisku.
Lama-lama Rangga tidak kuat menahan rangsangan. Dia
bangkit dan memeluk tubuhku. Kami berciuman. Tanpa mempedulikan bau
cairan vaginaku di mulutnya, aku terus menggoyangkan pinggulku maju
mundur. Kemaluanku yang basah semakin memudahkan penis Rangga bergesekan
diantar bibir kemaluanku. Gerakan kami makin lama makin liar, sampai
akhirnya pertahananku runtuh!
Penis Rangga mengoyak keperawananku!
Kepala penisnya selip dan masuk ke vaginaku. Aku menjerit kaget dan
gerakanku terhenti. Untuk sesaat aku merasa sakit karena ada benda
sebesar itu masuk ke vaginaku. Rangga juga berhenti dan hendak mencabut
penisnya dari vaginaku. Namun aku mencegahnya. Aku benar-benar terhanyut
dalam fantasiku sendiri akan kenikmatan persetubuhan. Kupeluknya
erat-erat tubuhnya. Disamping rasa sakit, aku merasakan suatu kenikmatan
yang lain. Aku ingin merasakan lebih lama lagi.
Secara tak sadar
aku merendahkan pinggulku perlahan-lahan sampai penis Rangga memenuhi
liang vaginaku. Rasanya sungguh luar biasa! Aku memeluk Rangga sekuat
tenaga dengan napas terputus-putus. Kucengkeram punggungnya dengan kuku
jariku tanpa peduli dia kesakitan atau tidak. Tak terlukiskan perasaanku
saat itu. Aku mengerang-erang. Rasanya seluruh sarafku terputus dan
terpusat di kemaluanku saja. Rangga membiarkanku sesaat menikmati moment
ini. Dia pasti juga sedang menikmati koyaknya selaput daraku.
Perlahan-lahan
Rangga mulai menggoyangkan pinggulnya. Penisnya bergerak-gerak perlahan
dalam kemaluanku. Aku mendesah mengaduh-aduh menahan nikmat dan geli.
Vaginaku masih sangat sensitif sampai sampai aku tidak tahan ketika
penisnya digerak-gerakkan. Aku menatap sayu pada Rangga.
“Kenapa aku nggak tahu kalau ML seenak ini? Kalau tahu, aku sudah dari dulu mau making love sama kamu!” kataku parau.
Mendengar
perkataanku, sesaat Rangga hanya memandangku tanpa ekspresi. Aku tidak
dapat menebak apa yang ada dipikirannya. Lalu dengan pandangan yang
menyejukkan, dia mencium keningku dan pipiku. Aku menjadi tenang dan
damai. Rangga, aku sayang padamu, aku sayang padamu, aku sayang padamu.
Tak ada lagi Bastianw dalam kamusku. Aku hanya sayang padamu kataku
dalam hati. Sex jauh lebih memabukkan daripada extacy! Aku tak bisa
berpikir jernih! Yang ada dipikiranku hanya terus dan terus.. tanpa
akhir..
Rangga mulai menggerakkan penisnya keluar masuk vaginaku.
Mulanya perlahan, lama-lama semakin cepat. Rasanya mau mati saking
nikmatnya. Aku tak bisa berkata apa-apa. Hanya erangan dan desahan yang
keluar dari mulutku. Dorongan penisnya yang menghujam keluar masuk ke
dalam vaginaku membuatku tak berdaya.
Malam itu aku orgasme empat
kali. Rangga menumpahkan spermanya di perutku dan terkapar disebelahku.
Aku juga terkapar kelelahan. Saking lelahnya aku sampai tidak kuat untuk
bergerak mengambil tissue untuk membersihkan spermanya yang tumpah di
perutku. Ternyata orgasme saat ML jauh lebih nikmat daripada dengan oral
seks. Sungguh berbeda..
Setelah terkapar beberapa saat, Rangga
membopongku ke kamar mandi dan memandikan aku. Aku terus menerus
memandang wajahnya dan mencari-cari sinar apa yang terpancar di
wajahnya. Apakah dia benar mencintaiku atau aku hanya salah satu
perempuan koleksinya? Aku terus memeluknya saat dia membasuh tubuhku
dengan air hangat dan membersihkan kemaluanku. Kemudian setelah
membersihkan diri, kami tidur kelelahan.
Besoknya saat aku bangun,
Rangga sudah tidak ada di sebelahku. Kulihat jam dinding menunjukkan
pukul sembilan. Detik berikutnya aku baru sadar kalau tidur telanjang
bulat dan hanya ditutupi selimut. Perlahan-lahan memoriku memutar balik
kejadian tadi malam. Agak susah mengingat kejadian semalam setelah pakai
ineks dan minum minuman beralkohol.
Setelah ingat semua, dengan
lunglai aku bangkit dan melihat kemaluanku. Kuraba dan kupegang
kemaluanku. Rasa nikmat dan geli semalam masih terbayang di pikiranku.
Pikiran jelek mulai menggangguku. Aku sudah tidak perawan! Aku sudah
kehilangan keperawananku di usia ke 17 dengan cowoq yang bukan pacarku
maupun suamiku! Edan! Aku lepas kendali!
Kata-kata Ling mulai
teringat kembali. Saat dia kehilangan keperawanannya pertama kali, dia
menangis menjadi-jadi semalaman. Namun sekarang dia sudah biasa dan
malah sering making love. Aku teringat saat Ling mengenalkan Rangga
padaku, dia memperingatkan Rangga agar jangan macam-macam padaku.
Berbagai macam kejadian dari awal aku kenal kehidupan malam sampai saat
ini lalu lalang dalam pikiranku seakan-akan menyindirku. Sekarang
semuanya telah terjadi! Aku tak percaya! Aku jadi seperti Ling!
Aku
ingin menangis menyesali semuanya! Namun sudah terlambat! Apalagi saat
aku melihat setitik noda hitam pada sprei. Aku langsung menangis
menjadi-jadi. Aku merasa berdosa! Bayangan wajah Papa Mamaku berkelebat
berganti-ganti dalam benakku. Aku merasa berdosa pada Papaku, pada
Mamaku, pada kakakku, pada seluruh keluargaku!
Aku ke kamar mandi
untuk membersihkan diriku! Aku merasa kotor dan hina! Aku bukan Evi yang
dulu lagi! Masa depanku hancur! Siapa yang mau sama aku! Cowoq mana
yang mau menerima ceweq seperti aku! Ceweq yang sudah tidak utuh lagi!
Ceweq murahan! Aku benci diriku sendiri! Aku benci semua orang! Aku
menangis lama sekali di kamar mandi. Kutumpahkan semua perasaanku dalam
air mata yang segera tersapu guyuran air hangat. Hingga akhirnya aku
tergeletak lemas di lantai kamar mandi.
Setelah bosan menangis,
aku segera beranjak dari kamar mandi dan mengenakan pakaian. Kuambil
ponselku dan kukirim SMS pada Ling. Aku minta dia menjemputku di rumah
Rangga. Ling menyanggupi dan berjanji akan menjemput aku sepulang
sekolah pukul 13.00
Pukul sebelas Rangga pulang ke rumah.
Tiba-tiba perasanku jadi campur aduk saat kudengar suara mobil Rangga
memasuki rumah. Ada perasaan jengkel yang menggebu-gebu padanya.
“Kok berani-beraninya orang segede dia menjerumuskan anak kecil! Dasar hidung belang!” pikirku jengkel.
Aku
duduk di ranjang menghadap pintu sambil menunggu dia masuk. Kusiapkan
wajah sesuram mungkin agar dia tahu kalau aku marah padanya. Aku sudah
mempersiapkan diri untuk mendiamkannya selamanya. Pokoknya dia harus
tahu kalau aku marah!
Rangga yang sepuluh tahun lebih dewasa tahu
bagaimana harus bertindak menghadapi aku. Dia diam saja saat aku
mendiamkannya. Lalu mulai mengajakku makan. Aku menolak. Dia terus
mengajakku bicara dan bercerita kalau dia bangun kesiangan sehingga
terlambat kerja. Dia pura-pura tidak tahu aku marah padanya. Sejurus
kemudian dia mulai memelukku dan mengatakan kalau dia segera pulang
karena khawatir aku belum makan atau kesepian di rumah.
Lama-lama
aku kasihan juga padanya. Dia baik padaku. Sebenarnya yang salah aku.
Aku yang memaksanya melakukan itu. Padahal kemarin dia sudah mau tidur,
aku malah merangsangnya habis-habisan. Yah, aku yang salah. Seperti
membangkitkan macan tidur. Aku pun mulai melunak. Aku mulai menjawab
pertanyaannya sepatah-sepatah sampai akhirnya suasana mulai cair.
Mengerti umpannya mengena, Rangga mulai merayuku dan menggodaku. Aku tidak tahan digoda dan mulai membalas godaannya.
“Rangga, kamu harus bertanggung jawab! Kamu harus kawin sama aku!” serangku.
“Jangan
kuatir sayang! Aku ini dari dulu juga suka sama kamu. Cuma aku takut
kamu yang nggak mau sama aku karena aku terlalu tua. Hahahaha..”
balasnya.
Aku tidak peduli pikirku. Toh aku juga merasa cocok
dengan Rangga. Dia begitu dewasa. Dia bisa momong aku. Masalahnya, dia
sepuluh tahun lebih tua dari aku. Apa orang tuaku setuju aku menikah
dengannya?
Pikiranku sudah jauh lebih baik sekarang. Rangga memelukku erat-erat dan menghiburku. Aku jadi makin sayang padanya.
Akibat
kejadian malam itu, hampir tiap hari aku making love dengannya. Kami
melakukan di rumahnya, di hotel, di kamar mandi, di mobil dan dimanapun
kami mau! Berbagai posisi kami lakukan. Aku benar-benar ketagihan
bersenggama! Bahkan kami pernah menginap seharian di hotel dan tidak
keluar kamar sama sekali. Saat itu aku sampai orgasme sebelas kali waktu
making love dengannya! Benar-benar liar dan tak terkontrol!
Acara
tripping selalu dilanjutkan dengan making love. Kesukaan kami adalah
triping sambil telanjang bulat berdua di kamar Rangga sambil bercumbu.
Asyik sekali rasanya! Saat pengaruh ineks menurun, kami bersenggama atau
melakukan oral seks untuk membuat on lagi. Setelah benar-benar habis,
kami lanjutkan dengan minum minuman keras. Edan..
Dua bulan
terakhir ini aku jarang kontak dengan Rangga. Rangga sibuk dengan
pekerjaannya, sedangkan aku sibuk diadili oleh keluargaku. Mereka marah
besar padaku dan mengawasiku dengan ketat. Ponselku disita sementara.
Telepon untukku disortir sama orang tuaku. Kemana-mana selalu diantar
sopir ayahku. Pokoknya aku jadi tahanan rumah. Entah siapa yang salah!
Aku tak perlu menyalahkan siapa saja selain diriku sendiri. Aku sendiri
pun menyesal menyadari kondisiku sekarang. END
Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Di Bawah ini :
No comments:
Post a Comment